• Minggu, 21 Desember 2025

Kenapa Kita Takut Sendiri, Padahal Kesendirian Bisa Menyehatkan?

Photo Author
- Rabu, 16 Juli 2025 | 07:00 WIB
Ilustrasi perempuan lagi sendiri.
Ilustrasi perempuan lagi sendiri.

Kita hidup di zaman yang penuh notifikasi, scroll tanpa henti, dan obrolan grup yang tak pernah berhenti. Tapi di balik keramaian itu, ada rasa asing saat harus benar-benar sendiri. Seolah-olah kesendirian adalah sesuatu yang salah, padahal tidak selalu begitu.

Kesendirian sering dianggap sebagai tanda kesepian atau kegagalan sosial. Tapi menurut psikolog klinis Dr. Sherrie Bourg Carter, waktu sendiri justru bisa membantu seseorang menyegarkan pikiran, memperjelas prioritas hidup, dan mengurangi stres (“The Power of Solitude,” Psychology Today, 2023). Sayangnya, budaya modern mempromosikan “keramaian” sebagai standar keberhasilan: punya banyak teman, agenda padat, dan selalu tampil aktif. Akibatnya, momen sunyi jadi terasa menakutkan.

Baca Juga: Ini Dia Zodiak Paling Gak Bisa Diajak Diskusi Kalau Lagi Lapar

Padahal di banyak budaya, kesendirian justru dimaknai sebagai bentuk refleksi dan penyembuhan. Dalam tradisi Zen di Jepang atau laku tapa dalam budaya Jawa, kesendirian adalah cara bertemu dengan diri sendiri tanpa distraksi dunia luar. Hal ini menjadi penting di tengah tekanan sosial yang terus memaksa kita tampil sempurna di depan orang lain.

Di sisi lain, dari sudut pandang hubungan internasional dan budaya global, kita juga bisa melihat bahwa setiap negara memiliki pendekatan berbeda terhadap kesendirian. Di negara-negara Nordik seperti Finlandia atau Swedia, “me time” atau waktu sendiri justru dianggap sehat dan produktif. Sementara di banyak negara Asia, relasi sosial dianggap kunci utama kesejahteraan. Namun kini, lintas budaya mulai mengalami pergeseran: makin banyak anak muda di berbagai belahan dunia belajar untuk nyaman sendirian.

Fenomena ini makin terasa di generasi Gen Z, terutama setelah pandemi. Menurut studi dari Pew Research Center (2024), 47% anak muda di bawah usia 30 tahun menyebut mereka butuh waktu sendiri secara rutin untuk menjaga kesehatan mental. Dan faktanya, banyak dari mereka justru merasa lebih tenang saat tidak harus selalu online atau bersosialisasi secara paksa.

Kesendirian bukan musuh. Ia adalah ruang. Ruang untuk berpikir, untuk bernapas, dan mengenali ulang suara hati sendiri yang sering tertutup bising dunia. Bukan berarti menutup diri dari orang lain, tapi memberi waktu pada diri sendiri untuk pulih.

Mungkin, alih-alih takut sendirian, kita hanya butuh belajar duduk dengan tenang—tanpa sibuk membuka notifikasi, tanpa terburu-buru mencari validasi.

Karena siapa tahu, di situ justru kita menemukan diri sendiri yang paling jujur. (Arsandha Agadistria Putri)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X