Kebersihan rumah sering kali dianggap urusan sepele. Banyak orang memilih menunda pekerjaan rumah seperti melipat pakaian, mencuci piring, atau menyapu sudut ruangan dengan alasan lelah atau tidak sempat. Namun, kebiasaan ini ternyata menyimpan risiko yang lebih serius daripada sekadar rumah yang terlihat kotor.
Berbagai studi ilmiah mengungkapkan bahwa lingkungan tempat tinggal yang berantakan atau penuh dengan tumpukan barang bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental penghuninya. Salah satunya adalah penelitian dari Princeton University Neuroscience Institute, yang menunjukkan bahwa otak manusia lebih sulit fokus dan bekerja lebih lambat saat berada di ruangan yang tidak tertata. Kondisi ini disebut sebagai visual clutter, yang secara langsung menambah beban kognitif otak.
Baca Juga: Jangan Remehkan Handuk Kotor: Kunci Kulit Sehat Dimulai dari Kebersihan Handukmu!
“Semakin banyak gangguan visual di sekitar kita, semakin sulit otak memproses informasi secara efisien,” tulis laporan tersebut.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Verywell Mind, sebuah platform kesehatan mental global. Dalam laporannya, dijelaskan bahwa rumah yang berantakan bisa meningkatkan kadar hormon stres (kortisol), memicu kecemasan, hingga menimbulkan rasa bersalah dan kelelahan emosional terutama bagi perempuan yang masih sering dibebani tanggung jawab domestik secara tidak proporsional.
Dampak lain yang muncul adalah turunnya produktivitas. Studi dari Harvard Business Review menyebutkan bahwa meja kerja atau ruangan yang bersih mampu meningkatkan konsentrasi dan kinerja. Lingkungan yang tertata membuat seseorang lebih mudah menyelesaikan tugas tanpa terdistraksi oleh hal-hal kecil.
Selain itu, Psychology Today menekankan bahwa proses membersihkan rumah atau decluttering juga bisa menjadi bentuk terapi ringan. Aktivitas ini dapat membantu seseorang merasa lebih tenang, memiliki kontrol atas hidupnya, dan mengurangi rasa overwhelmed akibat tekanan hidup sehari-hari.
Menurut pakar psikologi dari North Carolina State University, solusi terbaik adalah dengan mulai melakukan pembersihan ringan secara rutin, misalnya 10–15 menit setiap hari. Langkah kecil seperti merapikan tempat tidur atau mencuci piring langsung setelah makan terbukti bisa membuat suasana rumah lebih kondusif dan pikiran lebih lega.
Sayangnya, banyak orang masih memandang kebersihan rumah hanya dari sisi estetika. Padahal, rumah yang bersih juga dapat mencegah berbagai penyakit fisik seperti alergi, infeksi saluran pernapasan, dan gangguan tidur akibat debu atau ruangan pengap.
Maka dari itu, menjaga kebersihan rumah tidak bisa lagi dianggap hal remeh. Di tengah tekanan hidup yang makin tinggi, rumah seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk pulang bukan sumber stres yang diam-diam menggerogoti pikiran.(Arsandha Agadistria Putri)