Oleh: Mahardika Ramadhan Ahmar
Untuk Edgar Allan Poe—sembari mengetik puisi terakhirnya sebelum sempat menyelesaikan huru-hara isi kepalanya.
/i/
Perihal lelaki yang menyulam sunyi dengan tangannya, kata-kata dibelah mengisi celah setiap halaman buku ini—perhitungan waktu masa muda yang menjelang waktu senja.
Lengung panjang lautan, riuh badai, pijar matahari sore yang menyalak di kaki-kaki angkasa menghapus bab baru di buku sunyi ini, adalah kesedihan yang rampung sebagai pisau yang menghabisi saat-saat indah.
Aku mengisi buku ini—jelmaan kitab suci yang suaranya parau. Aku menuliskan masygul dan nelangsa, lalu kubiarkan talbis ini membakar habis cinta dari tubuhku.
/ii/
Lelaki itu menghabiskan putus asa. Setelah sempat mengucapkan cinta.
Menggerus api dan membiarkan punah kata-kata di setiap halaman buku ini.