• Minggu, 21 Desember 2025

Kontroversi "LISA" UGM: AI Kampus Sebut Jokowi "Bukan Alumni", Layanan Dihentikan Sementara

Photo Author
- Rabu, 10 Desember 2025 | 08:25 WIB
Lisa UGM
Lisa UGM

 

YOGYAKARTA — Sebuah kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama "LISA" (Lean Intelligent Service Assistant) kini menjadi subjek kontroversi nasional setelah responsnya mengenai status mantan Presiden RI, Joko Widodo, viral di media sosial.

Dalam sebuah cuplikan video yang beredar luas, ketika seseorang menanyakan, "Jokowi alumni UGM," LISA memberikan jawaban yang mengejutkan:

"Joko Widodo bukan alumni Universitas Gadjah Mada. Beliau pernah kuliah di Fakultas Kehutanan UGM tetapi tidak lulus dari sana.”

Jawaban yang disampaikan oleh AI layanan internal kampus itu segera memicu gelombang perdebatan panas di kalangan publik. Banyak yang mempertanyakan keakuratan data AI tersebut, sementara pihak lain merasa respons itu kembali mengangkat isu lama tentang ijazah mantan presiden.

???? UGM Konfirmasi Kesalahan dan Hentikan Operasi LISA
Menanggapi kegaduhan yang meluas, juru bicara UGM, I Made Andi Arsana, segera memberikan konfirmasi. Ia membenarkan bahwa LISA adalah aplikasi internal hasil kolaborasi UGM dengan perusahaan teknologi lokal.

"Jawaban yang disampaikan oleh LISA tidak akurat dan tidak konsisten dengan data alumni resmi UGM," tegas Andi Arsana.

Untuk meredam kontroversi dan melakukan perbaikan, UGM memutuskan untuk menghentikan sementara pengoperasian LISA. Saat ini, layar di anjungan layanan tersebut menampilkan pesan: "Layanan sedang ditingkatkan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik.”

???? Keterbatasan AI "Belajar" Jadi Penyebab
UGM menjelaskan bahwa LISA dibangun sebagai asisten layanan untuk mempermudah akses informasi administrasi dan akademik bagi mahasiswa dan masyarakat. Berbeda dengan AI komersial yang luas, database LISA hanya berisi data internal kampus.

Namun, sistem LISA dirancang untuk "belajar" dari input pengguna dan data eksternal. Metode inilah yang dinilai memiliki risiko kesalahan tinggi, terutama jika data eksternal tidak terverifikasi dengan baik.

"Akibat proses pembelajaran dan data yang terbatas itu, LISA bisa memberikan jawaban keliru," jelas pihak UGM, menjadikan insiden ini sebagai pengingat penting akan keterbatasan AI yang masih dalam fase "belajar."

???? Peringatan Bagi Institusi dan Pengembang AI
Respons publik terhadap insiden ini bervariasi. Banyak netizen mempertanyakan kredibilitas AI yang dikembangkan oleh institusi pendidikan terkemuka dan menyoroti potensi disinformasi besar yang dapat dipicu oleh teknologi yang salah data, terutama terkait figur publik sensitif.

Para ahli dan pengamat teknologi menilai peristiwa ini sebagai pelajaran besar bagi institusi pendidikan dan pengembang AI. Mereka didesak untuk lebih bertanggung jawab dalam merancang sistem, terutama mengenai validasi dan transparansi data, sebelum mempublikasikan teknologi tersebut kepada khalayak umum.

Kasus LISA ini menegaskan bahwa, meskipun AI dirancang untuk membantu, teknologi ini belum sempurna. Para ahli menghimbau agar pengguna tetap menerapkan verifikasi manusia—membandingkan informasi AI dengan data resmi—sebelum mempercayai sepenuhnya output yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X