nasional

Asal Muasal Nama Lubang Buaya, dari Legenda Buaya Putih dan Menjadi Kesohor Karena G30S/PKI

Selasa, 30 September 2025 | 11:30 WIB
Monumen Pancasila Sakti, di kawasan Lubang Buaya.

Setiap 30 September nama Lubang Buaya pasti selalu membayang dan tergiang di telinga masyarakat. Ya, Lubang Buaya menjadi lokasi penemuan jenazah tujuh Pahlawan Revolusi dalam peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965.

Nama "Lubang Buaya" adalah toponimi (nama tempat) yang sudah ada di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, jauh sebelum tahun 1965, dan berakar dari kondisi geografis serta cerita rakyat setempat.

Baca Juga: Tragedi 30 September 1965: Malam Kelam G30S yang Mengubah Peta Politik Bangsa

Asal Muasal Nama Lubang Buaya

Nama Lubang Buaya umumnya diyakini berasal dari kondisi geografis daerah tersebut pada masa lampau, yang merupakan habitat alami bagi hewan buas.

1. Kondisi Geografis dan Satwa Liar

Mayoritas sumber sejarah dan cerita rakyat lokal Betawi mengaitkan nama "Lubang Buaya" dengan keberadaan sungai, rawa-rawa, dan anak sungai yang melintasi kawasan tersebut.

Pada masa kolonial hingga pertengahan abad ke-20, kawasan tersebut masih berupa hutan, kebun karet, dan lahan basah.

"Lubang" dalam konteks ini merujuk pada tempat tinggal atau sarang buaya. Wilayah tersebut dulunya merupakan tempat buaya liar mencari makan atau bersarang di sepanjang aliran sungai (kemungkinan anak Sungai Ciliwung atau Kali Sunter yang berhawa lembap). Sehingga, nama Lubang Buaya secara harfiah berarti "sarang buaya" atau "tempat berkumpulnya buaya".

2. Legenda dan Cerita Rakyat

Selain kondisi geografis, ada pula legenda lokal yang memperkuat nama tersebut. Yakni legenda Buaya Putih. Salah satu versi cerita rakyat yang beredar menyebutkan bahwa daerah tersebut dijaga oleh buaya putih gaib yang sangat ditakuti masyarakat. Buaya ini diyakini mendiami salah satu "lubang" (sumur atau cekungan air) di kawasan tersebut.

3. Kaitan dengan Peristiwa G30S/PKI

Pada tahun 1965, kawasan Lubang Buaya yang saat itu masih relatif sepi dan merupakan bagian dari area Pondok Gede, digunakan sebagai basis pelatihan militer oleh anggota PKI dan simpatisannya, termasuk anggota Pasukan Cakrabirawa.

Sumur tua yang menjadi tempat pembuangan jenazah para jenderal terletak di dalam kompleks latihan tersebut. Oleh karena itu, penamaan Lubang Buaya tidak berasal dari jenazah pahlawan revolusi yang dibuang di sumur tersebut, melainkan nama kawasan tersebutlah yang kemudian melekat pada peristiwa berdarah 30 September 1965. (*)

Terkini