SAMARINDA – Buku berjudul Marhaenisme Visi Sosialisme Indonesia karya Izedrik Emir Moeis resmi diluncurkan di Cafe Vlory Samarinda, Selasa (12/8/2025). Ditulis dengan bahasa ringan, buku ini diharapkan menjadi bacaan yang memperkaya wawasan generasi Z, khususnya dalam memahami pemikiran Presiden RI pertama Soekarno dan ideologi Marhaenisme yang ia gagas.
Dalam sesi bincang-bincang, Emir Moeis menegaskan bahwa gagasan bernegara Soekarno berbeda jauh dengan Marxisme yang dirumuskan Karl Marx. Menurutnya, Soekarno menempatkan persatuan nasional di atas segalanya.
“Soekarno melihat Marhaenisme sebagai ideologi yang menempatkan persatuan bangsa di urutan pertama. Itulah sebabnya, ketika beliau berpidato tentang Pancasila pada 1945, sila pertama yang disebut adalah Persatuan Indonesia,” ujar Emir Moeis.
Ia menjelaskan, sebelum kemerdekaan 1945, persatuan Indonesia dikenal dengan istilah nasionalisme. Sementara itu, Marxisme yang berkembang kala itu tidak mengenal nasionalisme, melainkan mengedepankan internasionalisme.
“Perbedaan besar antara Soekarno dan Marxisme ada di sini. Marxisme hanya mengenal internasionalisme, sedangkan Soekarno menjunjung nasionalisme,” tambahnya.
Meski demikian, Soekarno memanfaatkan teori-teori dalam Marxisme, termasuk dialektika, sebagai alat analisis dalam menyusun dasar pemikirannya.
Nasionalisme yang dibangun juga Soekarno, kata Emir Moeis, mengedepankan semangat tolong-menolong, kasih sayang, dan gotong royong, serupa dengan ajaran Mahatma Gandhi di India. Hal ini berbeda dengan nasionalisme ekspansif ala Prancis di era Napoleon atau nasionalisme chauvinis seperti Jerman di bawah Hitler.
Peluncuran buku ini turut dihadiri Wakil Ketua DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis yang juga Sekretaris DPD PDI Perjuangan Kaltim, serta pengurus DPP, DPD, dan DPC Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) se-Kaltim.
Emir Moeis menyebut buku ini ditujukan bagi generasi muda Indonesia agar lebih mengenal Marhaenisme yang menjadi landasan lahirnya Pancasila.
“Marhaenisme adalah ideologi dan cita-cita untuk memperjuangkan rakyat miskin agar hidup lebih sejahtera, sekaligus mengikis keserakahan kapitalisme,” pungkasnya. (*)