• Senin, 22 Desember 2025

Investasi Asing Rp 1 Triliun di RS IA Moeis, Pemkot Samarinda Bersiap Mengawal Lebih Serius

Photo Author
- Selasa, 20 Mei 2025 | 08:15 WIB
RSUD IA Moeis di Kecamatan Loa Janan Ilir, bakal menjadi rumah sakit bertaraf internasional dengan dukungan pengembangan dari Australia. (Denny Saputra/KP)
RSUD IA Moeis di Kecamatan Loa Janan Ilir, bakal menjadi rumah sakit bertaraf internasional dengan dukungan pengembangan dari Australia. (Denny Saputra/KP)

Masuknya dukungan dana asing ke proyek revitalisasi RSUD IA Moeis menjadi momentum penting sekaligus ujian besar bagi Pemerintah Kota Samarinda. Dalam skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), proyek ini memperoleh sokongan teknis dan kebijakan dari Pemerintah Australia dengan nilai investasi yang disebut mencapai Rp 1,1 triliun.

Meski pengumuman kerja sama dilakukan dalam forum pertemuan antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Kamis (15/5/2025), tanggung jawab pelaksanaan fisik dan pengawasan proyek sepenuhnya berada di daerah. Samarinda menjadi lokasi langsung dari proyek, dan seluruh konsekuensi keberhasilannya akan dirasakan oleh masyarakat lokal.

Proyek KPBU ini melibatkan dua perusahaan asal Australia, Plenary Group dan Aspen Medical, yang saat ini menjadi satu-satunya peserta yang lolos tahapan prakualifikasi. Keduanya telah mulai terlibat dalam proses awal pengadaan sejak akhir April 2025, tepatnya pada tahap Aanwijzing lelang I.

Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Sekretariat Kota Samarinda, Suryo Priyo Raharjo, menyebut proyek ini bukan hanya soal pembangunan fisik, melainkan tentang bagaimana standar layanan bisa ditingkatkan secara signifikan.

“Ini tidak bisa ditangani seperti proyek biasa. Pak Wali Kota menekankan bahwa layanan harus profesional. Kalau lampu di ruang operasi mati lebih dari lima menit saja, itu akan dikenakan penalti. Semua harus dihitung dengan indikator yang jelas,” ucapnya.

Menurut Suryo, salah satu komponen penting dari proyek ini adalah penerapan konsep smart hospital dan green building. Hal ini mencakup digitalisasi sistem informasi rumah sakit, efisiensi energi, serta penggunaan kontrak berbasis kinerja atau Service Level Agreement (SLA). Dalam skema KPBU, seluruh komponen mulai dari pembangunan, pengadaan alat kesehatan, pengembangan sistem informasi, hingga pelatihan tenaga medis menjadi tanggung jawab konsorsium.

Pemkot Samarinda sendiri, lanjut Suryo, telah memfasilitasi komunikasi antara pihak konsorsium dengan sejumlah lembaga pembiayaan nasional. “Dari sisi pembiayaan, kami bantu menjembatani. Tapi soal teknis dan kualitas, kami harus jaga supaya apa yang dibangun sesuai dengan yang direncanakan. Jangan sampai proyek ini besar di angka, tapi tidak terasa dampaknya bagi masyarakat,” ujarnya.

Sebagai rumah sakit rujukan di kawasan timur Indonesia, RSUD IA Moeis selama ini menjadi andalan bagi masyarakat Samarinda dan sekitarnya. Dengan proyek ini, Pemkot Samarinda ingin agar rumah sakit tersebut tidak hanya diperluas secara fisik, tapi juga mengalami lompatan dalam hal kualitas layanan.

Namun Suryo juga mengingatkan bahwa proyek berskala internasional seperti ini membutuhkan kontrol yang lebih disiplin.

“Kami tidak mau proyek sebesar ini berakhir seperti pembangunan biasa. Harus ada loncatan mutu, baik dari sisi pelayanan, manajemen, maupun keberlanjutan,” pungkasnya. (adv/iz)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X