SAMARINDA- Menghadapi potensi bencana kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla) di tengah musim kemarau, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda memastikan telah menyiapkan langkah-langkah mitigasi. Kepala BPBD Samarinda, Suwarso, menegaskan pihaknya terus melakukan pemantauan kondisi wilayah dan berkolaborasi dengan berbagai instansi terkait.
Beberapa daerah yang mengalami kesulitan air bersih, nantinya akan mendapatkan suplai air. Hal ini telah dikoordinasikan dengan Dinas Pemadam Kebakaran termasuk Perumdam Tirta Kencana. “Walaupun jumlahnya terbatas, tapi itu sudah biasa kita lakukan,” ujarnya Suwarso.
Ia menyebut hingga pekan terakhir Juni lalu, kondisi suplai air di Samarinda secara umum masih aman, merujuk pada laporan Perumdam Tirta Kencana yang diterima Pemkot Samarinda. Namun, pihaknya tetap akan melakukan pemantauan secara berkala termasuk melihat prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Ini perkiraan musim kemarau berlangsung sekitar dua setengah bulan, dan sejauh ini situasinya masih terkendali. Tapi yang kami waspadai juga adalah kemungkinan intrusi air asin,” lanjutnya.
Sejalan dengan instruksi dari Surat Keputusan Gubernur Kaltim Nomor 100.3.3.1/K.212/2025 tentang Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeologi Basah dan Hidrometeologi Kering Tahun 2025. Sebelumnya BPBD juga telah merapatkan hal ini bersama sejumlah instansi lainnya untuk menyamakan langkah dan persepsi antarinstansi dalam menghadapi berbagai potensi bencana selama kemarau.
“Kami telah bersiap jika terjadi kebakaran lahan, sehingga perlu ada kolaborasi dalam menyuplai air untuk pemadaman,” kata Suwarso. Tak hanya menyiapkan personel dan logistik, BPBD juga mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan. Ia menekankan pentingnya peran warga dalam mencegah kebakaran, terutama dengan tidak membuka lahan menggunakan api.
“Cuaca panas ini rawan. Jangan buang puntung rokok sembarangan, jangan bakar sampah, apalagi membuka lahan dengan cara membakar. Kalau ditinggal, bisa melebar ke lahan sekitar, bahkan ke permukiman,” tegasnya.
Suwarso juga meminta dukungan dari lurah dan camat agar mengedukasi warga di wilayah masing-masing. Ia mencontohkan kejadian di Samarinda Utara yang nyaris berlangsung dua hari akibat pembukaan lahan dengan api.
“Kita harus sama-sama menjaga. Karena kalau kebakaran terjadi bersamaan di beberapa lokasi, kita juga kewalahan karena keterbatasan fasilitas dan personel,” pungkasnya. (hun)