• Senin, 22 Desember 2025

Tagihan Jargas Membengkak, Pelanggan di Samarinda Minta Putus

Photo Author
- Senin, 22 September 2025 | 10:30 WIB
Salah satu rumah warga yang mendapatkan pemasangan jargas di Jalan Jelawat. (MELI/SAPOS)
Salah satu rumah warga yang mendapatkan pemasangan jargas di Jalan Jelawat. (MELI/SAPOS)

SAMARINDA- Tahun ini dua kecamatan di Kota Samarinda kembali dicanangkan mendapat program jaringan gas (jargas) rumah tangga dari pemerintah pusat. Sebanyak 7.619 sambungan rumah (SR) akan terpasang dari dana APBN. Dua kecamatan itu yakni Kecamatan Samarinda Ilir di Kelurahan Sidomulyo, sebanyak 1.126 SR dan di Kecamatan Sungai Pinang, tepatnya di Kelurahan Sungai Pinang Dalam dengan total 6.496 SR.

Jumlah ini dipastikan Wali Kota Samarinda Andi Harun usai menghadiri Nota Kesepakatan (MoU) tentang penyediaan dan pendistribusian gas bumi, melalui jaringan distribusi gas (jargas) untuk rumah tangga beserta infrastruktur pendukungnya yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Minyak & Bumi pada Kamis lalu.

Baca Juga: Program Jargas di Samarinda Tetap Lanjut, Pemasangan Jaringan Diprioritaskan 2 Kelurahan Ini

Direktur Jenderal Minyak Dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman menargetkan secara nasional target pembangunannya mencapai 1 juta SR. Sehingga pemerintah daerah diminta berperan aktif memfasilitasi pembangunan, karena jaringan pipa melewati fasilitas umum dan sosial. Wali Kota Samarinda Andi Harun mengatakan pemasangan jargas saat ini diutamakan untuk rumah tangga. Sehingga rumah-rumah yang telah terdata akan mendapatkan pemasangan secara gratis beserta infrastrukturnya.

“Tahun ini sasarannya untuk dua kecamatan dan akan berlanjut secara bertahap di daerah lain,” singkatnya.

Sebelumnya dari beberapa pengalaman warga yang menggunakan jargas, tak sedikit ada yang mengeluh lantaran biayanya yang tidak sesuai dengan pemakaian. Bahkan ada juga warga yang meminta agar jargasnya dihentikan, lantaran harus membayar dengan harga yang tidak masuk akal. Salah satu keluhan disampaikan warga bernama Agustina, yang tinggal di Jalan Jelawat. Sebelumnya, dia sempat menjadi pelanggan jargas. Namun ia memilih tidak berlanjut lantaran mendapatkan tagihan yang meledak.

“Awalnya bayar paling cuma Rp50 ribu sebulan, tiba-tiba membengkak Rp700 ribu,” ujarnya. Ia pun tak sendiri, beberapa tetangganya juga ada yang mengeluhkan hal serupa. Padahal menurutnya program ini sudah bagus di awal, lantaran lebih hemat dibandingkan membeli tabung gas elpiji. Namun saat ada kekeliruan perhitungan, tak satupun petugas jargas yang turun menindaklanjuti keluhan ini.

“Saya minta diputus saja jargasnya, daripada tagihan saya membengkak. Siapa mau bayar semahal itu,” tuturnya. Sedangkan pengalaman berbeda dirasakan oleh Farida dan Rohana yang rumahnya tidak jauh dari Agustina. Namun tagihan jargas mereka hanya dikenakan Rp 30-50 ribu saja per bulan.

“Kecuali waktu mau lebaran, memang pemakaiannya agak banyak tapi tidak sampai ratusan saya bayar,” ujar Farida. “Saya juga bayarnya paling cuma Rp30 ribu, karena saya tinggal berdua saja sama suami di rumah. Jadi bayarnya murah,” terang Farida.

Ia mengakui ada beberapa tetangganya justru mengeluh lantaran tagihannya membengkak. Padahal ada beberapa rumah yang lama tidak ditempati, namun tagihannya membengkak meski tidak dipakai. “Makanya disini ada beberapa rumah yang sambungannya diputus karena tagihannya terlalu mahal,” pungkasnya. (hun)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X