• Minggu, 21 Desember 2025

Pagelaran Seni Ranam Banua, Ketika Alam, Manusia, dan Budaya Bertemu di Panggung  

Photo Author
Faroq Zamzami
- Jumat, 7 November 2025 | 08:08 WIB
INGATKAN: Pertunjukan Ranam Banua di Gedung Rizani Asnawi, Taman Budaya Kaltim di Samarinda, Rabu, 5 November 2025.  (ISTIMEWA)
INGATKAN: Pertunjukan Ranam Banua di Gedung Rizani Asnawi, Taman Budaya Kaltim di Samarinda, Rabu, 5 November 2025. (ISTIMEWA)

PROKAL.CO, SAMARINDA-Pagelaran seni budaya bertajuk Ranam Banua hadir untuk warga Samarinda.

Event yang diselenggarakan LPP RRI Samarinda bekerja sama dengan Tirtonegoro Foundation ini menjadi simbol kolaborasi kreatif yang memadukan seni pertunjukan dengan pesan ekologis dan kemanusiaan.

Baca Juga: Kebakaran di Balikpapan Regency, Satu Rumah Dua Lantai Hangus Terbakar

Ajang ini dihelat pada Rabu, 5 November 2025 di Gedung Rizani Asnawi, Taman Budaya Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) di Samarinda mulai pukul 19.00 Wita.

Sebuah drama musikal tentang cinta, kritik sosial, dan keindahan budaya Kaltim, hingga sebuah kutukan menuntun mereka kembali ke alam, seni, dan warisan leluhur.

Melalui perpaduan tari, musik sape, puisi, dan teater, pertunjukan ini menafsir ulang hubungan manusia dengan lingkungannya.

Hewan-hewan endemik Kalimantan seperti enggang, beruang madu, bekantan, dan buaya hadir sebagai simbol alam yang resah, tapi juga sebagai penjaga nilai-nilai kebudayaan yang mulai pudar.

Dengan kemasan dramatik berdurasi 90 menit, Ranam Banua menghadirkan dunia surealis di jantung hutan Kalimantan, ketika manusia, hewan, dan alam berkelindan dalam kisah tentang kehilangan dan pencarian identitas.

Baca Juga: DPRD Kukar Dorong Kebijakan Pertanian Berkelanjutan untuk Sejahterakan Petani

Hewan-hewan endemik seperti enggang, beruang madu, bekantan, monyet, dan buaya menjadi alegori dari alam yang resah, memanggil manusia agar kembali menyadari akar budayanya.

Rahmad Azazi Rhomantoro, inisiator dan sutradara Ranam Banua dari Tirtonegoro Foundation, menuturkan bahwa pertunjukan ini lahir dari refleksi terhadap realitas sosial dan ekologis di Kaltim.

“Ranam Banua bukan sekadar pertunjukan, melainkan ajakan untuk mengenali kembali suara bumi dan jiwa budaya kita. Ketika manusia lupa asalnya, alam yang akan berbicara,” ungkap Rahmad Azazi.

Kolaborasi antara Tirtonegoro Foundation dan LPP RRI Samarinda ini melibatkan puluhan seniman muda lintas bidang. Ada penari, musisi, aktor, hingga perupa, yang berproses secara intens selama beberapa minggu.

Baca Juga: Zohran Mamdani, Politikus Keturunan Uganda-India yang Mengukir Sejarah sebagai Wali Kota Muslim Pertama New York

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faroq Zamzami

Tags

Rekomendasi

Terkini

X