PROKAL.CO, BALIKPAPAN-Kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kota Balikpapan meningkat signifikan.
Data menunjukkan 220 korban pada 2024. Angka ini meningkat dari 156 korban pada 2023.
Dari angka tersebut, 130 korban adalah anak perempuan, 52 anak laki-laki, dan 38 perempuan dewasa.
Jenis kekerasan yang dialami mencapai 231 kasus, karena satu korban bisa mengalami lebih dari satu jenis kekerasan, seperti fisik dan seksual.
Dari 132 kasus kekerasan seksual yang dilaporkan, 99 di antaranya adalah anak perempuan.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Umar Adi,
pada sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak melalui Pola Penguatan Pengasuhan Keluarga dari RT ke RT (Lautan RT) di Lapangan Posyandu RT 14, Kelurahan Sumber Rejo, Kamis (15/5/2025).
Dari 132 kasus kekerasan seksual yang dilaporkan, 99 di antaranya adalah anak perempuan.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Umar Adi,
pada sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak melalui Pola Penguatan Pengasuhan Keluarga dari RT ke RT (Lautan RT) di Lapangan Posyandu RT 14, Kelurahan Sumber Rejo, Kamis (15/5/2025).
Baca Juga: Bincang BI Balikpapan-Kaltim Post Group, Singgung “Kutukan SDA”, Kepala BI Ingatkan Bupati-Wali Kota Lebih Inovatif
“Jadi bisa ditarik kesimpulan anak-anak ini merupakan usia yang rentan mendapatkan kekerasan. Dengan pelecehan dan kekerasan sebagai isu utama,” ujar Umar Adi.
Banyak anak, termasuk yang masih di SMP, mengalami situasi yang memprihatinkan, seperti kehamilan di usia dini.
Umar Adi mengajak para orang tua yang hadir dalam kegiatan itu untuk membangun komunikasi dan mengawasi anak-anaknya agar tidak mengalami situasi yang memprihatinkan.
“Penting bagi orang tua untuk mengawasi anak-anak dan berkomunikasi aktif dengan mereka untuk memahami permasalahan yang dihadapi,” katanya.
“Jadi bisa ditarik kesimpulan anak-anak ini merupakan usia yang rentan mendapatkan kekerasan. Dengan pelecehan dan kekerasan sebagai isu utama,” ujar Umar Adi.
Banyak anak, termasuk yang masih di SMP, mengalami situasi yang memprihatinkan, seperti kehamilan di usia dini.
Umar Adi mengajak para orang tua yang hadir dalam kegiatan itu untuk membangun komunikasi dan mengawasi anak-anaknya agar tidak mengalami situasi yang memprihatinkan.
“Penting bagi orang tua untuk mengawasi anak-anak dan berkomunikasi aktif dengan mereka untuk memahami permasalahan yang dihadapi,” katanya.
“Psikolog dapat membantu dalam proses konseling dan mendukung keluarga. Penanganan konflik dalam rumah tangga juga perlu diperhatikan agar tidak berdampak negatif pada anak,” sambungnya.
Baca Juga: BRI Jadi Sponsor Utama Purwokerto Half Marathon 2025, Dorong Sport Tourism dan UMKM Lokal
Ditekankan pula pentingnya menjaga suasana rumah yang nyaman dan menghindari pertengkaran di depan anak.
Ditekankan pula pentingnya menjaga suasana rumah yang nyaman dan menghindari pertengkaran di depan anak.
Keterlibatan aktif orang tua sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan anak.
Program rutin dari DP3AKB Kota Balikpapan itu dihadiri Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3AKB Balikpapan, Umar Adi; Putri Nilawati dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia; serta puluhan anggota dan pengurus PPATBM dan warga sekitar.
Kegiatan ini melibatkan sinergi mulai dari Puskesmas, babinsa, bhabinkamtibmas, LPM hingga para ketua RT dan lembaga lainnya. (pus/far)
Program rutin dari DP3AKB Kota Balikpapan itu dihadiri Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3AKB Balikpapan, Umar Adi; Putri Nilawati dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia; serta puluhan anggota dan pengurus PPATBM dan warga sekitar.
Kegiatan ini melibatkan sinergi mulai dari Puskesmas, babinsa, bhabinkamtibmas, LPM hingga para ketua RT dan lembaga lainnya. (pus/far)