BALIKPAPAN- Angka prevalensi stunting di Kota Balikpapan menunjukkan peningkatan yang patut diwaspadai. Berdasarkan data terbaru, persentase balita yang mengalami stunting naik dari 21,6 persen menjadi 24,6 persen. Kondisi ini menjadi alarm serius bagi Pemerintah Kota, khususnya Dinas Kesehatan.
“Kenaikan ini menjadi warning buat kita semua,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Alwiati, Jumat 25 Juli 2025. Menyikapi situasi tersebut, pihaknya kini melakukan intervensi secara masif, khususnya kepada kelompok rentan seperti anak-anak berisiko stunting dan ibu hamil.
Langkah konkret yang diambil adalah menggandeng organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Kolaborasi ini difokuskan untuk memberikan penanganan medis dan edukatif terhadap bayi, balita, serta ibu hamil sebagai bagian dari strategi penurunan stunting jangka panjang. “Intervensi dilakukan secara spesifik dan terarah, agar bisa menyentuh langsung kelompok yang paling terdampak,” tambah Alwiati.
Menanggapi daerah yang menjadi prioritas, Alwiati menjelaskan bahwa kasus stunting saat ini tersebar merata di enam kecamatan yang ada di Balikpapan. Tidak ada satu wilayah yang dominan, sehingga upaya pencegahan dan penanganannya dilakukan secara menyeluruh.
Program ini juga menyasar edukasi gizi, pemantauan tumbuh kembang, dan peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak. Dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan dan kader di tingkat RT, Dinkes berharap bisa menurunkan angka stunting secara signifikan pada tahun-tahun mendatang. (*)