BALIKPAPAN – Angka penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kota Balikpapan kian mengkhawatirkan. Status zona merah yang kini disandang mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama lintas instansi dan relawan masyarakat memperkuat upaya pencegahan sekaligus penanganan.
Kepala Dinkes Balikpapan, Alwiati, menegaskan penanganan HIV/AIDS tidak bisa hanya bergantung pada layanan medis. Menurutnya, pencegahan di tingkat hulu harus menjadi prioritas melalui kolaborasi lintas sektor. “Di hilir kami menangani pasien yang sudah positif HIV/AIDS. Tapi yang terpenting adalah pencegahan sejak awal lewat kerja sama lintas sektor,” ujarnya, Jumat (5/9/2025) lalu.
Dalam program pencegahan, Dinkes melibatkan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB), Dinas Sosial, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), hingga Pusat Pembelajaran Keluarga (PPATBM).
Relawan masyarakat juga diberdayakan untuk melakukan sosialisasi langsung ke lingkungan warga. Kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau biasa disebut homoseksual serta pengguna narkoba suntik disebut menjadi kelompok paling rentan. Karena HIV tidak menimbulkan gejala khas, satu-satunya cara memastikan status kesehatan adalah melalui pemeriksaan laboratorium.
Untuk memperkuat layanan, Pemkot Balikpapan menyiapkan tenaga medis terlatih, menambah fasilitas pemeriksaan, dan mendistribusikan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Pemeriksaan juga diarahkan khusus kepada ibu hamil untuk mencegah penularan kepada pasangan maupun bayi yang dikandung.
Alwiati menekankan pentingnya kesadaran bersama masyarakat. “Kesetiaan pada pasangan, kehidupan beragama, dan pola hidup bersih sehat adalah kunci. Tanpa kesadaran kolektif, fasilitas kesehatan sebesar apa pun tidak akan cukup,” tegasnya.
Ia pun mengingatkan warga untuk segera melakukan pemeriksaan bila mengalami gejala mengarah pada HIV/AIDS. “Biasanya tanda baru muncul di fase AIDS, seperti diare kronis, TBC yang sulit sembuh, hingga infeksi menahun. Karena itu deteksi dini sangat penting,” jelasnya. (rif/yud)