Pemindahan ibu kota negara Indonesia dari Jakarta ke Kaltim disebut lebih banyak meniru pemindahan ibu kota negara Brasil. Dari Rio de Janeiro ke Brasilia pada 1960. Brasil memindahkan pusat pemerintahannya di wilayah tenggara menjadi ke tengah-tengah negara. Hal inilah yang menjadi acuan memindahkan ibu kota negara Indonesia ke Kaltim yang berada di wilayah tengah Indonesia.
Mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menceritakan, keputusan pemerintah memindahkan ibu kota negara ke Kaltim yang lokasinya agak jauh dari Jakarta, hampir sama dengan yang dilakukan Brasil pada 1960. “Pindahnya pun enggak tanggung-tanggung dari Rio de Janeiro yang kalau diposisikan berada di tenggara Brazil. Langsung ke tengah-tengah. Benar-benar di tengah Brazil yaitu kota Brasilia. Dan yang samanya adalah juga dibangun dari nol. Jadi IKN dan Brazilia dibangun dari nol,” katanya dalam Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan yang diunggah Senin (13/5).
Baca Juga: Hujan Lebat Sebabkan Banjir Parah di Kawasan Jl Gerilya dan Jl Damanhuri Samarinda
Karena itu, sambung dia, pada tahap awal operasional IKN yang ditargetkan Agustus 2024 nanti, kondisinya juga akan sama dengan awal operasional Brasilia sebagai ibu kota negara baru Brasil pada 1960. Wilayah tersebut hanya akan ramai pada saat hari kerja. Yakni Senin hingga Jumat. “Nantinya akan seperti IKN di awal-awal. Jadi hanya ramai kalau weekdays. Saat weekend semua orang istilahnya balik ke Rio de Janeiro atau ke Sao Paulo. Jadi sempat agak pelan perkembangannya,” ungkapnya.
Selain itu, Bambang Brodjonegoro menerangkan, dari segi jarak, antara Jakarta ke Balikpapan membutuhkan waktu perjalanan dengan pesawat sekira 2 jam terbang. Setelah perjalanan dilanjutkan ke IKN melalui jalur darat. Namun, ketika Bandara VVIP IKN rampung, penerbangan tanpa mendarat di Balikpapan. “Kebetulan saya pernah terbang dari Sao Paulo yang enggak jauh dari Rio de Janeiro ke Brasilia. Itu sekitar 1,5 jam. Jadi kira-kira hampir sama. Bedanya adalah Brasilia negara kontinen, dan kita adalah negara kepulauan, sehingga konektivitas pasti lebih mudah. Mereka (Brasil) mungkin punya jalan sekarang dari Sao Paulo atau Rio de Janeiro ke Brasilia,” terang pria berkacamata ini.
Yang menarik saat ini, sebut dia, Brasilia adalah kota ketiga terbesar di Brasil dari segi jumlah penduduk. Setelah Rio de Janeiro dan Sao Paulo. Bambang Brodjonegoro berharap, suatu saat nanti IKN tidak hanya sebagai pusat pemerintahan, tapi juga bisa menggerakkan kegiatan ekonomi. “Harapan saya dia (IKN) bisa masuk ya mungkin lima besar lah kota di Indonesia. Karena saat ini kota-kota besar di Indonesia itu semuanya di Pulau Jawa. Dan mayoritas di sekitar Jakarta. Karena Bekasi itu sudah kota nomor dua atau nomor tiga terbesar di Indonesia. Saya bayangkan mudah-mudahan IKN bisa membuat kegiatan ekonomi baru. Yang bisa menarik minat orang untuk tinggal di situ. Selain yang memang pegawai pemerintah yang memang harus bekerja di sana,” harapnya.
Sebelumnya, usai meninjau pembangunan di kawasan IKN pekan lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B Pandjaitan optimistis pada Agustus 2024, progres pembangunan infrastruktur akan mencapai sekitar 80 persen. “Jadi kami dengan PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) beserta tim terkait sudah meninjau, dengan mungkin masih ada beberapa pending-pending issue dan berbagai teknis-teknis kita bahas,” ujar Luhut.
Dia menambahkan, infrastruktur jalan tol sebagai akses IKN sudah hampir selesai semua, hanya tinggal pekerjaan-pekerjaan finalisasi dan akhir saja. Karena itu, dia optimistis upacara 17 Agustus 2024 mendatang benar-benar bisa dilaksanakan di IKN. “Kita berharap pada 17 Agustus nanti, upacara akan bisa dilakukan di sini, dan bukan hanya tol saja, tapi yang lain-lain saya kira sudah berjalan dengan baik,” ungkapnya. Selain tol menurut Menko Marves, bandara IKN dipastikan sudah bisa didarati pesawat dengan kapasitas tiga pesawat saat 17 Agustus 2024. (kip/riz2/k16)