Oleh: Suyanto, warga Tengin Baru, Sepaku
PROKAL.CO, SEPAKU-Di Indonesia kopi yang populer adalah jenis robusta yang dihasilkan Robusta Lampung, Robusta Temanggung, Robusta Dampit Malang, Robusta Flores, Robusta Toraja yang secara rasa cenderung pahit.
Berikutnya juga jenis kopi Arabica seperti Arabica Malabar Mountain, Arabica Gayo, Arabica Flores Bajawa, Arabica Toraja yang juga cenderung dengan rasa asam.
Selain jenis kopi robusta dan arabika di Indonesia juga ada kopi langka dengan jenis liberika pucuk cokelat yang ditemui di Desa Tengin Baru, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim.
Baca Juga: Mengenal Kopi Liberika Sepaku Asal IKN, Berawal dari Transmigrasi Tahun 1977
Kopi Liberika Sepaku ini berasal dari Dusun 1, Desa Tengin Baru yang merupakan Ibu Kota Kecamatan Sepaku.
Dari kantor kecamatan ke arah barat kurang lebih 1 kilometer belok ke kiri Jalan Basuki Rahmad. Kecamatan Sepaku ini kini menjadi Ibu Kota Nusantara (IKN).
Di Kecamatan Sepaku termasuk iklim tropis basah. Musim penghujan tercatat turun merata sepanjang tahun.
Pada tahun 2017 intensitas hari hujan terbanyak yaitu selama 187 hari tetapi curah hujan terendah dalam 3 tahun terakhir, dengan rata-rata curah hujan per bulan 28,41 mm.
Dengan curah hujan merata sepanjang tahun, membuat Kopi Liberika Sepaku bisa bertahan dan bahkan terus tumbuh liar di setiap ruang tumbuh.
Topografi di kecamatan Sepaku adalah perbukitan dan termasuk dataran rendah. Berdasarkan pengukuran dengan aplikasi altimeter di android antar 25 sd 100 meter dari permukaan laut.
Di tempat ini Kopi Liberika Sepaku mampu tumbuh dan berbuah sangat bagus dan bisa tumbuh liar. Artinya kemampuan penyesuaian dengan iklim dan topografi sangat sesuai.
Hingga tahun 2022 lalu, tanaman ini mampu tumbuh kembang selama 45 tahun, yang dihitung sejak awal transmigrasi tahun 1977.
Penyebaran Kopi Liberika Sepaku ini banyak ditemui di semua desa di Kecamatan Sepaku.
Biasanya ada beberapa pohon di pekarangan. Kalau dirawat dan ada yang menghasilkan green bean dijual per kilogram dan paling banyak terkumpul 10 kilogram.
Bahkan ada juga sekedar tumbuh tetapi tidak dirawat hanya menjadi tumbuhan liar.
Kalau pun berbuah hanya menjadi konsumsi luwak yang selanjutnya dari kotoranya bisa tumbuh kembali di setiap ruang tumbuh atau di sela-sela tumbuhan lain.
Kopi Liberika Sepaku mampu tumbuh di mana-mana dengan penyebaran oleh luwak.
Dari biji mampu menancapkan akar muda ke tanah liat tumbuh dengan tanpa perlakukan secara khusus, bahkan juga mampu bersaing hidup dengan tanaman liar lainnya untuk berebut sinar matahari.
Maka dengan kondisi iklim, topografi dan tanah liat di sepaku kami berikan nama Kopi Liberika Sepaku. (bersambung/far)