Belum terbukanya akses darat membuat alur sungai menjadi satu-satunya pilihan. Plus tantangan riam dengan tingkat kesulitan tinggi.
JODY KRISTIANTO, Mahulu
Deru dua mesin berkekuatan 400 tenaga kuda memecah gemercik Sungai Mahakam. Dua longboat membelah alirannya, mengangkut logistik Pemilu 2024 menuju daerah pedalaman. Diiringi dua speedboat yang membawa pengawas dari satuan TNI/Polri, termasuk Kapolres Mahulu AKBP Anthony Rybok dan Wakapolres Mahulu Kompol Mochamad Rezsa Adiatulloh.
Berangkat pukul sepuluh pagi pada Minggu (11/2) di pelabuhan Polsek Long Bagun, air sungai keadaan normal kendati ada penambahan debit sedikit akibat hujan semalam. Beberapa materiel hanyut seperti ranting dan dahan kayu yang patah membuat perjalanan pengawalan logistik KPU untuk pemilu serentak itu lebih menantang.
Baca Juga: Gerindra Mahulu Optimistis Pertahankan Kursi
Kapolres Mahulu AKBP Anthony Rybok bercerita pengalaman pertamanya itu menuju daerah perbatasan; Kampung Long Apari. Sambil santai menikmati teh es di tengah terik siang itu, Selasa (13/2), perwira melati dua itu menjelaskan perihal kondisi kecamatan yang berbatasan dengan Malaysia tersebut. Long Apari sendiri terdiri dari 10 kampung. Tiga kampung merupakan yang terjauh. Sedangkan sisanya masih berada dalam kawasan berdekatan, yang dihubungkan dengan jembatan.
Tiga kampung terjauh hanya bisa diakses dengan transportasi sungai. Belum ada jalur darat. Tantangannya, tentu saja riam-riam yang harus dilewati. Jumlahnya bergantung pada kondisi Sungai Mahakam. Kondisi air surut maupun sedang tinggi, karakteristik jeramnya pun berbeda.
"Jika air surut, riamnya akan semakin membesar dan makin banyak yang harus dilewati. Badan sungai mengecil, batu-batu bermunculan. Alhamdullilah waktu kita lewati kemarin (saat mengangkut logistik) kondisinya cukup normal. Tidak terlalu surut, juga tidak terlalu tinggi," beber mantan Disintelkam Polda Kaltim itu.
Perwira ramah senyum tersebut menuturkan, awalnya angkutan hanya berlabuh di Tiong Ohang, ibu kota Kecamatan Long Apari. Logistik bisa diturunkan di sana. Namun, dia berpikir untuk sekalian melanjutkan perjalanan hingga perbatasan, mumpung sedang bertugas mengawal logistik dan pengawas pemilu menggunakan enam perahu bermesin tempel atau ces atau ketinting. Dari Tiong Ohang menuju tiga kampung di pedalaman memerlukan waktu sekitar tiga jam. "Kami nekat aja," katanya sambil terkekeh.
Anthony menumpang speedboat bersama pejabat Polres Mahulu lainnya dan motoris serta juru batu yang andal. Dia juga bercerita bahwa dalam perjalanan mengawal logistik, satu ketinting mengalami kecelakaan tunggal. Baling-balingnya membentur bebatuan dan terlepas. Tanpa baling-baling, perahu tak berdaya melawan arus. Untungnya tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, para penumpang dengan sigap menepi menjauhi perairan berarus deras.
"Alhamdulillah cepat ditolong meskipun sempat karam dan diselamatkan lagi ketintingnya," tuturnya.
Dalam perjalanan pertama itu satu hal yang belum diketahui air sungai di hulu riam sangat cepat naik dan surut. Pada saat menuju Long Apari, air sungai masih tampak normal, lalu kemudian begitu cepat surut. Saat perjalanan menuju Tiong Ohang, air mulai surut. Beruntung baling-baling tak tersangkut batu-batu. Motoris dan juru batu yang dipilih benar-benar mahir milih jalur. Kedua profesi ini memegang peran penting dalam keamanan mengarungi riam di Long Apari.