Bermula dari aktivitas pelansiran atau pemindahan bahan bakar minyak (BBM) ke mesin dispenser, atau yang sering disebut pertamini, beberapa peristiwa kebakaran terjadi di Samarinda. Mirisnya menelan korban jiwa hingga meninggal dunia.
AROMA bangunan terbakar masih kuat dari sebuah bangunan rumah toko (ruko) dua lantai di Jalan HM Ardans, Kelurahan Sempaja Barat, Kecamatan Samarinda Utara, yang terbakar Sabtu (16/3) lalu. Garis polisi masih membentang. Menutup akses tiga tempat usaha tersebut. Serta ditutup dengan terpal biru.
Dari kiri, tempat usaha itu diisi bengkel, toko sembako, dan warung makan. Bangunan yang persis berdiri di pinggir jalan lingkar utama Kota Tepian itu bermaterialkan beton. Sisi kiri dan kanannya juga rumah tinggal sekaligus tempat usaha. Kebakaran Sabtu pagi sekitar pukul 05.55 Wita itu dugaan kuatnya dari toko sembako yang juga menjual BBM menggunakan pertamini. Dugaan kuat juga api muncul dari aktivitas pelansiran atau pemindahan BBM. Musibah tersebut mengakibatkan Rizky Aditya Putra, penghuni dari toko sembako tewas.
Kejadian tersebut menyebar begitu saja lewat handie talkie (HT). Di HT, suara kepanikan terus bersahutan. "Pom mini terbakar. Warung kelontong. Api membesar," bunyi HT para relawan saling mengabarkan. Selang beberapa menit, para penakluk api dari Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) dan relawan tiba di lokasi. Namun, si jago merah terus mengamuk. Mengepung akses keluar-masuk ruko tersebut. Selang 30 menit, api berhasil dikuasai.
Seorang saksi mata, Ayu, bercerita, dia sempat mendengar tetangganya (Rizky) berteriak minta tolong. Dia tak mengingat waktu teriakan tersebut. Namun, kala itu dia tengah sibuk menyiapkan bumbu makanan yang akan dijual untuk berbuka puasa. Di luar, dia mendengar suara riuh yang semakin jelas. Nah, dia juga mencium aroma BBM. Ayu sempat cuek dengan suara ribut-ribut yang ada. Ditambah lagi setiap hari BBM eceran dari pertamini milik tetangganya itu kerap memenuhi area teras.
Ia menyewa salah satu dari pintu ruko yang hangus. Dua pintu lainnya disewa Ambo yang menjual sembako dan BBM eceran serta bengkel. Namun, teriakan tetangganya itu semakin membuatnya cemas. “Takut keluar, tapi karena ramai akhirnya beranikan diri aja keluar, buka pintu (folding gate), kaget. Ternyata api sudah besar di pom mini itu,” ungkapnya.
Perempuan 48 tahun itu lemas. Dia memanggil anaknya yang tidur di lantai dua. Suaminya pun berlari ke lantai dua, membangunkan anak gadisnya. “Anak saya masih tidur itu apinya sudah ke lantai dua,” imbuhnya dengan mata berkaca-kaca. Sayang, bersama suami dan anaknya tak sempat menyelamatkan barang apa pun dari tempat tinggalnya tersebut. Dia melihat tetangganya (Ambo) bersama sang istri terduduk di median jalan. Kakinya terbakar.
Di tengah kepanikan itu, dia masih bisa mendengar teriakan Rizky minta tolong. Namun, perlahan menghilang. Dia dan tetangganya itu menangis histeris. Petugas pemadam yang tiba langsung berusaha menjinakkan si jago merah. Namun, suara Rizky tak lagi terdengar. Disdamkar menggunakan cairan foam atau busa untuk menangani api yang terus menjadi karena ceceran BBM.
"Pemadam datang suara Rizky enggak kedengaran lagi. Ternyata benar dia (Rizky) di dalam kamar, tapi sudah meninggal," ucap Ayu.
Dia meminta bersama warga setempat, agar Pemkot Samarinda dan Pemprov Kaltim dapat menertibkan pom mini. "Untungnya buat pemilik pertamini, kalau sudah ada kejadian kan rugi, nyawa hilang. Tolong hilangkan (pertamini). Kami takut," jelasnya.
TAK TERSELAMATKAN
Sekitar pukul 07.20 Wita, Rizky yang terjebak dalam musibah tersebut ditemukan tidak bernyawa. Tepatnya di dalam kamar di lantai 2, sisi kiri di dekat pintu. Dia berusaha agar api tak masuk ke kamar. Pasalnya, tak ada akses lain.
Tubuhnya dalam posisi laiknya sujud di pojok kamar antara pintu dan jendela menuju tangga ke lantai dasar. Korban yang berusia 22 tahun adalah anak dari Ambo, penyewa ruko tersebut.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Kaltim Post