Faroq Zamzami
(Jurnalis Prokal.co)
PROKAL.CO-SAYA tidak kenal Pak Andi Harun, wali kota Samarinda. Bertemu pun tidak pernah. Tapi saya sudah dengar nama Pak Andi Harun bahkan ketika saya masih SMA. Medio akhir 1990-an sampai awal tahun 2000-an. Lama sekali. Dulu, saat itu, kalau ada tamu ke rumah orangtua saya, sesama kader partai, sesekali menyebut nama Pak Andi Harun. Saat itu Pak Andi Harun sudah di level berbeda. Sementara almarhum ayah saya kader partai level kampung di Samarinda.
Kalau Pak Rusmadi, wakil wali kota Samarinda saya kenal. Beberapa kali bertemu, dulu, tahun 2010. Bahkan bisa dibilang sering, hampir tiap minggu, kala itu. Saat itu beliau masih menjabat sebagai kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim. Beliau sering jadi target wawancara saya saat ngepos di Kantor Gubernur Kaltim.
Dan memang beliau memimpin badan yang menjadi salah satu sumber seksi pemberitaan. Mengurusi perencanaan pembangunan di provinsi ini. Pada 2011 saya pindah tugas ke Balikpapan. Tak pernah lagi kontak dengan beliau hingga saat ini.
Baca Juga: Rivalitas
Tapi ada kesan kepada beliau. Pak Rusmadi adalah kolaborasi pejabat cum politikus cum akademisi yang ciamik. Seingat saya dulu, dalam memberi penjelasan saat diwawancara sistematis. Tutur katanya tertata. Runut dari awal hingga akhir. Khas pendidik. Tidak pernah ngegas. Punya konsep. Punya ide. Tak heran karena beliau sebelum menjadi pejabat di Pemprov Kaltim adalah dekan Fakultas Pertanian (Faperta), Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda.
Saya tidak kenal Ibu Sri Juniarsih Mas, bupati Berau. Bertemu apa lagi. Tidak pernah. Tahu beliau dari media online. Sepak terjangnya tergambar dari berita-berita yang saya edit yang dikirim wartawan grup kami dari Tanjung Redeb, Kabupaten Berau. Hampir tiap hari.
Saya juga tak kenal Pak Gamalis, wakil bupati Berau. Apalagi bertemu, tidak pernah. Sama seperti Ibu Sri Juniarsih, saya tahu sosok Pak Gamalis dari berita-berita tentang Berau yang saya edit.
Saya pun tidak kenal secara pribadi dengan Pak Fahmi Fadli. Pernah bertemu sekali saat beliau dan jajaran berkunjung ke Gedung Biru, markasnya Kaltim Post Group, untuk bersilaturahmi, pada Februari 2022.
Saya juga tidak kenal Ibu Syarifah Masitah Assegaf, wakil bupati Paser. Seperti pejabat kebanyakan di provinsi ini, saya hanya tahu mereka dari sepak terjang dari pemberitaan di media. Khususnya dari berita-berita yang saya edit. Dan bukan sekali dua kali, saya mengedit berita yang dikirim wartawan kami di Paser itu setiap hari.
Bagaimana dengan Pak Basri Rase dan Ibu Najirah, pasangan wali kota dan wakil wali kota Bontang, yes, sama saya juga tidak kenal mereka. Saya akrab dengan beliau-beliau itu hanya dari berita-berita yang saya edit dari wartawan kami di Bontang. Hanya sebatas itu.
Wartawan apa saya ini banyak tidak kenal pejabat. He, he, he… Sengaja, saya mangakui tidak mengenal sosok-sosok tersebut biar pembaca bisa mendapatkan sajian tulisan yang objektif, karena ini tentang politik. Politik ini seksi. Agak mencong ke kiri sedikit dikira bagian dari kiri, ke kanan sedikit dikira bagian dari kanan, di tengah pun kadang dituding macam-macam.
Baca Juga: Pemred Kaltim Post Faroq Zamzami Raih Penghargaan Warga Pelopor
Saya juga sengaja tidak menambah referensi tentang para kepala daerah itu dengan menanyai kawan-kawan saya yang bertugas di daerah-daerah itu, dengan harapan tulisan ini murni penilaian dari saya walau terbatas, tanpa ada tambahan dari mana-mana.
Oke mari kita gas. Pada November tahun ini akan digelar pemilihan kepala daerah (pilkada) di semua kabupaten kota di Kaltim, serentak di Indonesia, tentu termasuk di daerah-daerah yang saya sebutkan kepala daerahnya di atas itu.
Umumnya ini adalah periode pertama bagi wali kota atau bupati yang saya sebutkan sebelumnya. Periode pertama untuk wali kota Bontang saat ini, Samarinda, Kabupaten Paser, dan Kabupaten Berau. Dan tentu mereka akan kembali maju untuk periode kedua.