• Senin, 22 Desember 2025

Elpiji Bersubsidi Ternyata Banyak Dinikmati Orang Mampu

Photo Author
- Minggu, 16 Juni 2024 | 16:30 WIB
LANGKA. Warga Samarinda antre untuk bisa mendapatkan elpiji berukuran 3 Kg dengan harga normal.
LANGKA. Warga Samarinda antre untuk bisa mendapatkan elpiji berukuran 3 Kg dengan harga normal.

Sulitnya mencari elpiji bersubsidi ditengarai banyak faktor. Salah satunya gas melon yang dinikmati oleh orang yang mampu. Celakanya harganya juga melambung tinggi.

 

BROTO, nama samaran, sudah lebih dari 25 tahun memiliki usaha pangkalan bahan bakar. Dari yang sebelumnya menjual minyak tanah, hingga kemudian beralih ke elpiji. Pangkalannya yang berada di Jalan Sumber Rejo, Kelurahan Sumber Rejo, Balikpapan Tengah tersebut menyatu dengan toko kelontong yang juga dikelolanya. 

Meski mau diwawancarai, Broto enggan dirinya atau identitas pangkalannya dipublikasi. Ketika awak media ingin mengambil foto toko pun dirinya menolak. “Tidak usah,” ucap pria yang sudah beruban tersebut. 

Kepada Kaltim Post, Broto menjelaskan soal kondisi terkini distribusi gas elpiji 3 kilogram. Yang kerap menjadi pusat perhatian lantaran sering mengalami kelangkaan. Barang subsidi yang banyak dicari meski harganya dipatok tinggi di atas harga eceran tertinggi (HET). 

“Sebenarnya gas 3 kilogram itu lancar saja distribusinya. Dari agen ke saya sebagai pangkalan juga lancar. Setiap minggu sekali saya dapat jatah 70 tabung. Dari dulu tidak ada masalah,” ujarnya, (14/6). 

Dari pasokan 70 tabung tersebut, Broto menyebut hanya perlu dua hari untuk menghabiskannya. Dia sendiri mengaku kewalahan menghadapi masyarakat yang menjadi konsumen. Dulu, gesekan kerap terjadi jika ada antrean. Warga sekitar pangkalan ingin diprioritaskan. Sementara tidak ada aturan soal siapa pembeli yang harus didahulukan.  

“Iya. Di situ (tabung elpiji 3 kilogram) tertulis untuk masyarakat miskin. Tetapi ‘kan kita enggak tahu mereka miskin apa tidak. Tetapi kalau saya lihat yang beli pakai mobil, ya saya tolak,” ungkapnya. Kini untuk membeli gas elpiji subsidi di pangkalannya, Broto menerapkan pencatatan. Kata dia, baru-baru ini pemerintah menerapkan semacam sistem catat nomor induk kependudukan (NIK). Pakai aplikasi daring. Dia sendiri tidak paham. Usianya membuatnya kesulitan mempelajari sistem tersebut. 

“Anak saya yang masukan data. Jadi pembeli wajib difoto KTP (kartu tanda penduduk) dan KK (kartu keluarga). Satu orang saya batasi maksimal dua tabung,” ujarnya.

 

 

Disinggung soal penjualan kepada konsumen yang merupakan pengecer, Broto mengaku tidak melakukannya. Karena untuk memenuhi keperluan warga sekitar saja dia kewalahan. Namun diakui, untuk pangkalan lain ada yang melakukannya. Namun dia tidak ingin terlalu mengurusi. 

“Saya urus punya saya saja. Enggak terlalu mikirin yang lain. Tapi memang (di pangkalan lain) ada yang langsung (tanpa mencatat KTP dan KK). Soalnya di sini warga enggak dapat saja sudah mengomel,” sebutnya. 

Terkait harga jual, Broto mengakui dia menjual di harga Rp 20 ribu. Lebih tinggi Rp 1.000 dari HET yang ditetapkan pemerintah berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Kaltim Nomor 500/K.572/2022 terkait Harga HET LPG 3 Kilogram. Di mana untuk wilayah Balikpapan di angka Rp 19 ribu. Dan berlaku untuk seluruh pangkalan resmi yang bekerja sama dengan agen Pertamina. 

 

“Saya enggak tahu yang lain jual berapa. Saya Rp 20 ribu. Kan tidak boleh dari Rp 20 ribu. Tapi lihat saja di toko-toko lain (non-pangkalan) itu bisa sampai Rp 40 ribu,” ucapnya. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Kaltim Post

Rekomendasi

Terkini

X