Meski begitu, Diskan terus mengimbau para pelaku usaha, terutama tambak budidaya, untuk tidak memperluas lahan mereka ke area mangrove.
Kesadaran akan pentingnya mangrove sebagai penyerap karbon dan penjaga ekosistem harus menjadi perhatian bersama.
Dengan besarnya potensi mangrove, Berau berpeluang besar menjadi daerah percontohan dalam implementasi ekonomi biru.
Ekosistem mangrove yang bagus berfungsi sebagai penyerap karbon yang besar. Namun, langkah ini masih menghadapi berbagai kendala, baik dari segi regulasi, keterlibatan masyarakat, hingga pengawasan terhadap aktivitas ekonomi yang berdampak pada lingkungan.
Upaya konservasi mangrove di Berau membutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.
Keberadaan Non-Governmental Organization (NGO) menjadi contoh bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat membantu menjaga kelestarian mangrove, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui ekowisata berkelanjutan.
Jika dikelola dengan baik, mangrove di Berau bukan hanya menjadi benteng ekologi, tetapi juga sumber ekonomi hijau yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. (*/aja/hmd)