Pada 2024, nilai ekspor sawit dan produk turunannya mencapai lebih dari USD 25 miliar, atau sekitar 12–13 persen dari total ekspor nasional. Angka ini menunjukkan bahwa sawit bukan hanya komoditas unggulan, tetapi juga tulang punggung perekonomian Indonesia.
Dengan memperluas pasar, termasuk ke Tiongkok, diharapkan kontribusi ini akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang.
Wakil Ketua Gapki, Sany Anthony, yang hadir dalam acara ini menegaskan pentingnya forum internasional seperti CAEXPO untuk memperluas pasar sekaligus memperkuat pemahaman global mengenai komitmen sawit Indonesia.
“CAEXPO-CABIS memberi ruang strategis bagi kami untuk menyampaikan pesan bahwa sawit Indonesia berkomitmen pada prinsip keberlanjutan. Tiongkok adalah pasar yang terus berkembang, dan melalui forum ini kami tidak hanya memperkuat pemahaman, tetapi juga membuka peluang bagi diversifikasi produk hilir dan UMKM berbasis sawit,” ujarnya.
Baca Juga: Ada Orang Lapar, Moodnya Berantakan dan Suka Marah, Ini Alasan Psikologisnya
Kehadiran BPDP di CAEXPO-CABIS 2025 membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya membawa komoditas unggulan, tetapi juga visi jangka panjang untuk memperluas pasar sekaligus meningkatkan nilai tambah sawit di tingkat global.
Melalui sinergi antara pemerintah, GAPKI, dan UMKM, misi sawit berkelanjutan diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen dan pemasok utama sawit dunia, sekaligus memberikan manfaat nyata bagi petani, pelaku UMKM, dan masyarakat luas di sekitar perkebunan. (*)