Harga tiket menginjak TBB juga jarang ditemui. “Padahal ada kondisi low season. Dalam pengalaman KPPU, biasanya pelaku usaha tidak menaikkan tarif. Ini juga jadi peluang bagi moda transportasi lain. Misalnya di Medan, bus menikmati pergeseran penumpang. Kalau antara Jawa ke Kalimantan, yah enggak mungkin. Kalau KPPU menemukan alat bukti dugaan permainan itu, kami bisa menanganinya,” urai Hakim soal dugaan kartel.
SYAMSUl: MASIH NORMAL
Staf Percepatan Pembangunan Gubernur Kalimantan Utara Syamsul Banri mengatakan bahwa pada kenyataannya, di lapangan hingga 2 Juni 2019, full book di seluruh rute, kecuali rute Tarakan-Balikpapan.
“Rute favorit itu, Jakarta, Makassar dan Surabaya. Itu sudah full book,” ungkapnya.
Menurut Syamsul, harga tiket saat ini tidak naik harga dan telah sesuai dengan Kepmenhub. Namun masyarakat merasakan kenaikan harga tiket dikarenakan sejak tahun 2014, harga tiket pesawat oleh maskapai berdasarkan batas bawah. Misalnya tahun 2014 lalu harga tiket Jakarta-Tarakan mencapai Rp 2.314.000.
“Itu harga atas, full service seperti Garuda. Kalau yang medium seperti Sriwijaya diturunkan 90 persen dari harga batas atas, dan non service seperti Lion diturunkan 80 persen. Jadi tidak naik. Pemerintah bahkan sudah turunkan dari tahun 2016,” jelasnya.
Jika terus bertahan pada TBB, menurut Syamsul akan mengkhawatirkan bagi usaha penerbangan. Sehingga setiap maskapai tidak dapat terus memberikan harga batas bawah terhadap setiap penumpang pesawat terbang.
“Kalau diterapkan terus, akan berpengaruh pada biaya operasional. Jadi pemerintah membuat dan menjaga kelangsungan perusahaan dan mengendalikan kemampuan daya beli masyarakat, yakni dengan menerapkan harga atas (TBA),” jelasnya.
Dijelaskan Syamsul, penerapan TBB merupakan kreasi dari setiap maskapai, sehingga jika terus digunakan maka tidak akan menutupi biaya operasional. “Perhitungan avtur di tahun 2014 saja itu mencapai Rp 9 ribu, karena waktu itu USD masih sekitar 9 ribu rupiah. Sekarang avtur itu sudah tidak disubsidi. Kemudian komponen lainnya itu berdasarkan hitungan USD,” ujarnya.
Disinggung terkait kemampuan masyarakat akan pembelian tiket pesawat saat ini, dikatakan Syamsul bahwa setiap masyarakat memiliki titik kemampuan yang berbeda, sehingga pihak maskapai tidak dapat mengikuti kemampuan masyarakat.
“Kalau terus mengikuti kemampuan masyarakatnya habislah penerbangan, ini saja sisa Lion. Makanya sebenarnya pemerintah harus siapkan alternatif, kan bukan satu-satunya alat transportasi udara, tapi ada laut juga. Itulah yang dimanfaatkan sesuai dengan kemampuan kita,” bebernya.
TAK ADA EXTRA FLIGHT
Sementara aktivitas mudik Bandara Juwata, menunjukkan peningkatan. Saat dikonfirmasi, Airport Manager Lion Air Tarakan Muhammad Arief mengungkapkan saat ini pihaknya mengalami peningkatan hampir 100 persen. Lanjutnya, peningkatan penumpang telah terasa terhitung sejak tanggal 20 Mei.