Puluhan pelajar SDN 03 Nunukan Selatan mengalami diare massal setelah mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) yang diduga merupakan sisa makanan dari sesi pembagian sebelumnya.
Insiden ini terjadi pada Senin (13/1) dan membuat banyak siswa mengeluhkan sakit perut pada malam harinya. Kejadian ini dilaporkan secara serentak oleh para orang tua siswa kepada pihak sekolah. Sebagian besar siswa yang terdampak adalah dari kelas tiga dan dua, yang menerima makanan di sesi pembagian siang hari.
"Di kelas tiga C saja ada 17 siswa yang terkena diare, di kelas dua B ada 12 siswa, dan masih banyak dari kelas lain. Totalnya mencapai puluhan anak," ungkap Kepala Sekolah SDN 03 Nunukan Selatan, Hairuddin, saat dikonfirmasi pada Kamis (16/1).
Menurut Hairuddin, menu yang disediakan pada hari tersebut adalah nasi dengan ayam kecap dan sayur-sayuran. Program MBG di sekolah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan gizi siswa, dan telah berjalan sejak minggu sebelumnya. Namun, insiden diare ini terjadi pada minggu kedua pelaksanaannya.
Pada hari Senin tersebut, makanan dibagikan dalam dua sesi: pagi hari untuk siswa kelas satu, dan siang hari untuk siswa kelas dua dan tiga. Hairuddin menjelaskan bahwa kemungkinan besar makanan yang dibagikan pada sesi siang hari merupakan sisa dari makanan sesi pagi.
“Dapur masak dua kali, subuh dan pagi. Namun, porsi makanan yang seharusnya diberikan pada pagi hari ternyata masih tersisa. Sisa tersebut diduga dibagikan kembali pada siang harinya kepada siswa kelas dua dan tiga,” terang Hairuddin.
Selain siswa, beberapa guru di SDN 03 Nunukan Selatan juga mengalami gejala diare. Namun, menurut Hairuddin, makanan yang dikonsumsi oleh guru berasal dari porsi pagi yang tidak dibagikan kepada siswa karena adanya murid yang tidak hadir. Makanan ini kemudian dimakan oleh guru pada sore harinya.
“Guru kami ada juga yang terkena diare, meskipun jumlahnya tidak sebanyak siswa. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa masalahnya memang berasal dari makanan pagi yang disimpan terlalu lama sebelum dikonsumsi,” tambahnya.
Menyikapi insiden ini, pihak sekolah langsung mengadakan mediasi dengan pengelola dapur MBG dan babinsa untuk mendapatkan klarifikasi serta mencari solusi agar kejadian serupa tidak terulang.
Dalam mediasi tersebut, pihak dapur mengakui adanya keteledoran dalam pengelolaan dan distribusi makanan.
"Setelah klarifikasi, kami menyimpulkan bahwa insiden ini terjadi karena keteledoran pihak dapur yang membagikan makanan sisa dari sesi pagi ke sesi siang. Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama dalam memastikan kualitas dan kebersihan makanan," ujar Hairuddin.
Pihak dapur juga berjanji untuk lebih berhati-hati dan memperbaiki prosedur pengelolaan makanan. Mereka memastikan bahwa mulai sekarang, makanan akan diproses dan didistribusikan sesuai standar kesehatan untuk mencegah hal serupa.