Suku Hadzabe (sering juga dieja Hadza atau Hadzapi) adalah salah satu kelompok etnis asli di Tanzania, Afrika Timur, yang sangat terkenal karena mempertahankan gaya hidup pemburu-pengumpul (hunter-gatherer) hingga saat ini. Mereka adalah salah satu dari sedikit masyarakat di dunia yang masih sepenuhnya bergantung pada alam liar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti yang dilakukan manusia purba selama ribuan tahun.
Suku Hadzabe diyakini sebagai salah satu kelompok etnis tertua di Tanzania, dengan garis keturunan yang dapat ditelusuri kembali ke salah satu populasi manusia paling awal. Bahasa mereka, Hadzane, adalah bahasa isolat, yang berarti tidak memiliki hubungan genetik yang diketahui dengan bahasa lain mana pun di dunia, meskipun memiliki fitur klik (bahasa "cekik") yang mirip dengan bahasa Khoisan di Afrika Selatan.
Mereka terutama tinggal di sekitar Danau Eyasi dan wilayah sekitarnya di Lembah Rift Afrika Timur, bagian utara Tanzania. Wilayah ini ditandai dengan semak belukar yang kering, savana, dan hutan-hutan akasia.
Gaya Hidup Pemburu-Pengumpul:
Ini adalah aspek paling mendefinisikan dari suku Hadzabe:
Berburu: Pria Hadzabe adalah pemburu yang sangat terampil. Mereka menggunakan busur dan anak panah (terkadang dengan racun dari tanaman lokal) untuk berburu berbagai jenis hewan, mulai dari antelop kecil hingga babun, dan bahkan burung. Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang perilaku hewan dan jejaknya.
Mengumpul: Wanita dan anak-anak Hadzabe bertanggung jawab untuk mengumpulkan makanan nabati. Diet mereka meliputi buah-buahan liar (terutama buah baobab), beri, umbi-umbian, madu, dan telur burung. Mereka juga ahli dalam menemukan sumber air di lingkungan yang kering.
Nomaden: Suku Hadzabe hidup semi-nomaden, berpindah kemah sesuai dengan ketersediaan sumber daya makanan dan air. Mereka membangun tempat tinggal sederhana dari cabang dan rumput yang mudah dibongkar pasang.
Tanpa Pertanian atau Ternak: Mereka tidak menanam tanaman, memelihara ternak, atau menyimpan makanan dalam jumlah besar. Setiap hari adalah perjuangan baru untuk mencari makan.
Peralatan Sederhana: Peralatan mereka minimalis dan fungsional, terbuat dari bahan-bahan alami yang ditemukan di lingkungan mereka.
Suku Hadzabe hidup dalam kelompok-kelompok kecil (sekitar 20-30 orang) yang tidak tetap. Anggota kelompok dapat bergabung atau meninggalkan kelompok lain dengan relatif bebas. Struktur sosial mereka sangat egaliter. Tidak ada pemimpin formal, hierarki yang kaku, atau perbedaan status yang signifikan berdasarkan kekayaan atau jenis kelamin. Keputusan seringkali dibuat secara konsensus.
Ada pembagian kerja berdasarkan gender (pria berburu, wanita mengumpulkan), tetapi peran-peran ini tidak kaku dan ada fleksibilitas. Mereka memiliki pengetahuan ensiklopedis tentang flora dan fauna di lingkungan mereka, termasuk sifat-sifat obat dari tanaman, cara menemukan sumber air, dan perilaku hewan.
Kepercayaan spiritual mereka cenderung animistik, dengan penekanan pada hubungan dengan alam dan roh leluhur. Mereka juga memiliki cerita rakyat dan mitologi yang kaya.
Suku Hadzabe menghadapi tekanan yang semakin besar akibat hilangnya habitat. Lahan mereka semakin terancam oleh ekspansi pertanian, penggembalaan ternak oleh kelompok etnis lain (seperti Maasai dan Datoga), serta kegiatan perburuan liar komersial. Meskipun beberapa kelompok Hadzabe berinteraksi dengan wisatawan untuk tujuan pendidikan dan berbagi budaya, ini juga menimbulkan tantangan terkait pelestarian budaya otentik dan potensi eksploitasi.