PROKAL.CO, Menjelang tanggal 10 Muharram 1447 H, Khutbah Jumat 4 Juli 2025 menyoroti dua peristiwa penting yang terjadi pada 10 Muharram atau Hari Asyura.
Kedua peristiwa ini disebut dalam hadits Rasulullah SAW dan menjadi pengingat penting tentang keimanan, kesabaran, serta pertolongan Allah kepada para hamba-Nya yang taat.
Peristiwa pertama adalah berlabuhnya perahu Nabi Nuh AS di Bukit Judiy setelah banjir besar yang menenggelamkan kaum kafir.
Peristiwa kedua adalah diselamatkannya Nabi Musa AS dari kejaran Fir’aun, saat laut terbelah atas izin Allah dan menenggelamkan pasukan Fir’aun.
Untuk mengambil pelajaran dua peristiwa penting tersebut, khutbah Jumat pekan ini mengangkat tema “Memaknai Dua Peristiwa Penting di Hari Asyura”. Berikut ini Naskah Khutbah Jumat 4 Juli 2025 selengkapnya.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ،
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (سورة القصص: 83)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dengan segenap keteguhan hati dan kemantapan jiwa, dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan dengan penuh ketabahan dan kesabaran.
Pada Ahad lusa, kita akan segera memasuki hari kesepuluh di bulan Muharram yang biasa kita kenal dengan sebutan hari Asyura. Banyak peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi pada hari Asyura. Pada khutbah yang singkat ini, khatib akan menceritakan beberapa peristiwa penting yang pernah terjadi pada hari ‘Asyura.
Peristiwa masa lalu tidak hanya untuk dikenang. Tapi untuk diambil pelajaran bagi kehidupan kita di masa sekarang dan masa mendatang. Untuk diambil ibrah dalam urusan dunia dan akhirat kita. Untuk diambil hikmahnya agar kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat yang kekal. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwa ia berkata:
مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِأُنَاسٍ مِنَ الْيَهُوْدِ قَدْ صَامُوْا يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: مَا هٰذَا مِنَ الصَّوْمِ، قَالُوْا: هٰذَا الْيَوْمُ الَّذِيْ نَجَّى اللهُ مُوْسَى وَبَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنَ الْغَرَقِ وَغَرِقَ فِيْهِ فِرْعَوْنُ، وَهٰذَا الْيَوْمُ اسْتَوَتْ فِيْهِ السَّفِيْنَةُ عَلَى الْجُوْدِيِّ، فَصَامَهُ نُوْحٌ وَمُوْسَى شُكْرًا لِلِه تَعَالَى، فَقَالَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: أَنَا أَحَقُّ بِمُوْسَى وَأَحَقُّ بِصَوْمِ هٰذَا الْيَوْمِ، فَأَمَرَ أَصْحَابَهُ بِالصَّوْمِ