• Minggu, 21 Desember 2025

Digital Detox, Apa yang Terjadi Saat Kamu Rehat dari HP?

Photo Author
- Rabu, 16 Juli 2025 | 11:33 WIB
Ilustrasi digital detox.
Ilustrasi digital detox.

Kita hidup di era di mana hampir semua hal ada di dalam gengaman. Bangun tidur, tangan kita refleks langsung meraih HP—scroll notifikasi, buka Instagram, lihat story orang, cek grup WhatApp, lalu berakhir scroll TikTok sebelum mata benar-benar melek. Padahal belom mandi. Belom mikirin mau ngapain hari ini. Tapi otak udah keburu penuh sama informasi dan kehidupan orang lain.

Ironisnya, di dunia yang terhubung 24/7, kita justru makin mudah merasa kosong.
Pernah gak sih kamu ngerasa capek banget padahal seharian cuma rebahan sambil main HP? Rasanya gak produktif, tapi juga gak benar-benar istirahat. Ini bukan cuman capek fisik tapi juga capek mental. Dan sering kali kita gak sadar bahwa sumber kelelahan itu adalah layar yang gak pernah kita tinggalkan.

Menurut laporan Pew Research Center (2025), pengguna media sosial secara berlebihan, terutama kalangan Gen Z, berkorelasi erat dengan meningkatnya perasaan cemas, stress, dan kelelahan emosional. Banyak yang mengaku sulit fokus, mudah merasa “tidak cukup”, dan sering membandingkan diri dengan orang lain setelah menghabiskan waktu berjam-jam di dunia maya.

Baca Juga: Nur Afifah Balqis Korupsi Suap Penajam Paser Utara Dihukum 4,5 Tahun Penjara, Ini Fakta Koruptor Termuda Kaltim Ini

American Psychological Association (2023) juga menambahkan bahwa paparan media sosial berlebihan bisa berdampak negative pada kualitas tidur, harga diri, dan bahkan hubungan sosial di dunia nyata. Singkatnya, otak kita lelah, tapi gak bisa berhenti.

Dan di sinilah konsep digital detox masuk. Digital detox bukan tentang “lari” dari teknologi. Bukan juga hidup seperti di zaman batu. Digital detox adalah keputusan sadar untuk memberi jarak antara diri kita dengan layar. Memberi ruang bagi otal untuk bernapas. Memberi tubuh kesempatan untuk hadir penuh di dunia nyata, bukan dunia algoritma.

Digital detox bisa dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, seperti:

• Gak bukan HP 1 jam sebelum tidur atau setelah bangun.

• Hapus aplikasi media sosial dari HP selama weekend atau kamu bisa me-nonaktifkan media sosial kamu.

• Ganti scrolling dengan baca buku atau jalan-jalan sore.

• Gunakan HP hanya saat butuh, bukan karena bosan.

Tapi emang susah? Banget. Karena HP kita sekarang bukan cuman dijadikan alat komunikasi. Ia juga dompet, kalender, kamera, sumber hiburan, peta, bahkan “tempat pelarian” dari realita. Itu sebabnya digital detox bukan sekedar tantangan teknis, tapi juga proses mengenali kenapa kita begitu ketergantungan.

Di masa awal detox, kamu mungkin merasa gelisah, bingung mau ngapain. Tapi setelah melewati fase itu, kamu akan mulai merasakan sesuatu yang langka, yaitu hening. Bukan hening yang kosong, tapi hening yang utuh. Pikiranmu jadi lebih jernih, dan kamu juga bisa fokus lebih lama. Tidur jadi lebih nyenyak, dan kamu mulai terbiasa menikmati hal-hal sederhana seperti suara hujan, aroma kopi, atau obrolan langsung sama orang lain, tanpa disambi buka notifikasi terlebih dahulu.

Digital detox juga bikin kita ingat bahwa hidup nggak harus selalu di bagikan. Bahwa momen paling berharga kadang justru adalah yang hanya kamu dan semesta yang tahu. Kamu gak harus update semuanya. Kadang, cukup merasakannya aja.
Dan yang paling penting, detox ini bukan soal sempurna. Kamu gak harus tiba-tiba puasa digita total. Tapi kamu bisa mulai dengan sadar kapan kamu butuh HP, dan kapan kamu butuh diri sendiri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X