Tidak banyak orang tua yang menyadari bahwa kebiasaan kecil yang sering mereka lakukan akan berpengaruh besar terhadap masa depan anak. Kunci sukses pada masa depan anak bukan hanya berdasarkan IQ tinggi dan sekolah yang mahal, melainkan dari pembentukan pola didik dari kebiasaan-kebiasaan kecil seperti cara orang tua bersikap, cara bicara, dan keputusan kecil orang tua.
Menurut peneliti dan edukator Reem Raouda, mengungkapkan bahwa ada sembilan jenis pola asuh orang tua yang berpengaruh besar terhadap kesuksesan masa depan anak dan melahirkan sosok yang tumbuh menjadi individu yang mandiri, tangguh, dan kreatif, apa saja? Yuk simak penjelasannya!
1. Orang tua yang mengasah diri sendiri.
Penting bagi orang tua agar terus menerus belajar untuk mengasah pengembangan diri. Hal tersebut akan membantu orang tua dalam menjaga keseimbangan emosional, mengatur stress, dan dapat menjadi teladan nyata sebagai sosok yang tangguh mental. Hal tersebut perlu dilakukan orang tua, karena anak akan cenderung meniru kebiasaan orang tua.
2. Tidak selalu memberikan pujian pada anak.
Jika anak melakukan sesuatu hal yang membanggakan, jangan langsung dipuji. Tapi ajak ia refleksi terhadap usaha yang telah ia lakukan. Hal tersebut berguna sebagai motivasi instrinsik dan membangun rasa percaya diri anak serta membentuk ia agar tidak haus validasi luar atau orang lain.
3. Bangun koneksi, bukan kontrol.
Utamakan bangun koneksi hubungan emosional yang kuat, bukan menjadi orang tua yang hanya mengatur dan mengontrol anak. Hubungan emosional yang kuat antara orang tua dan anak akan melahirkan kepercayaan anak serta keberanian anak dalam mencoba hal baru. Hubungan tersebut akan membuat mereka berpikir untuk terus belajar dan tidak takut gagal karena mereka percaya bahwa orang tua nya telah menerima anak apa adanya.
4. Membiarkan anak belajar dari konsekuensi.
Jika anak melakukan suatu kesalahan, jangan selalu dihukum. Semisal, jika anak lupa mengerjakan PR, jangan dimarahin ataupun dibela. Biarkan mereka menghadapi guru sebagai bentuk tanggung jawab anak. Lalu, setelahnya peran orang tua untuk memberikan arahan dan bimbingan terhadap kesalahan yang telah ia lakukan, ingat! Tidak perlu marah-marah.
5. Tidak mengukur cinta berdasarkan nilai.
Terapkan pada anak bahwa cinta orang tua bukan hanya berdasarkan nilai bagus yang wajib diraih, melainkan tentang bagaimana proses yang dijalani sang anak dalam menjalani aktivitas pembelajaran. Agar sang anak tidak mendapat tekanan serta tidak menjadi sosok yang kompetitif serta ambisius, tetapi menumbuhkan ia menjadi sosok yang selalu menghargai proses belajar ketimbang angka pada rapor.
6. Menumbuhkan rasa ingin tahu.
Saat anak bertanya, jangan langsung berikan jawaban yang benar. Coba kasih pertanyaan balik dan dorong anak berpendapat, hal tersebut akan melatih otak anak terus belajar dan mengasah critical thingking pada anak. Selalu siap, dampingi, dan arahkan segala proses anak setiap ingin belajar hal baru.