• Senin, 22 Desember 2025

Ada Orang Lapar, Moodnya Berantakan dan Suka Marah, Ini Alasan Psikologisnya

Photo Author
- Senin, 22 September 2025 | 09:01 WIB
ilustrasi lapar
ilustrasi lapar

Cara mengetahui hubungan antara lapar dan mood sering kali jadi bahan bercandaan, tapi sebenarnya ada dasar ilmiahnya. Pernah dengar iklan yang bilang, “Lo rese kalo lagi laper”? Nah, ternyata itu bukan cuma gimmick marketing.

Kondisi lapar memang bisa bikin suasana hati jungkir balik dari gampang tersinggung, meledak karena hal kecil, sampai kehilangan kesabaran dalam percakapan sehari-hari. Ketika perut kosong, tubuh tidak hanya kekurangan energi untuk bergerak, tapi juga untuk berpikir dan mengatur emosi.

Otak kita sangat bergantung pada glukosa sebagai bahan bakar utama. Begitu kadar energi ini menurun, bagian otak yang bertugas mengendalikan emosi jadi lebih lemah, sehingga wajar kalau kita jadi cepat marah atau tersinggung.

Itu sebabnya, banyak orang menggunakan istilah “hangry”—gabungan dari hungry dan angry—untuk menggambarkan fenomena ini. Bukan cuma teori, ada data kuat yang mendukung.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di PLOS ONE oleh Swami dan rekan-rekannya (2022) menemukan bahwa lapar menjelaskan 56% variasi dalam rasa mudah tersinggung (irritability), 48% dalam kemarahan (anger), dan 44% dalam tingkat kesenangan (pleasure ratings).

Angka ini jelas menunjukkan betapa kuatnya pengaruh lapar terhadap kondisi psikologis kita sehari-hari. Dengan kata lain, mood buruk yang muncul tiba-tiba mungkin bukan karena dunia sedang melawanmu, melainkan karena perutmu yang kosong.

Menyadari hubungan ini sangat penting, karena dari sini kita bisa lebih bijak mengelola emosi sekaligus menjaga kesehatan mental hanya dengan memperhatikan pola makan. Simak penjelasan berikut yang dilansir dari Nutritional Psychology, studi dari jurnal Appetite dan American Psychological Association.

1. Hubungan Psikologi antara Lapar dan Mood

Secara psikologis, rasa lapar memang bukan sekadar sinyal tubuh butuh makan. Lapar bisa memicu iritabilitas dan emosi negatif yang sering kita sebut sebagai “hangry” (hungry + angry).

Kondisi ini muncul karena lapar menciptakan rasa tidak nyaman dalam tubuh, dan otak kita menafsirkannya sebagai emosi kuat mulai dari kesal, frustrasi, sampai marah tanpa alasan yang jelas.

Bagian otak yang bertugas mengatur emosi—seperti amigdala dan prefrontal cortex—sangat sensitif terhadap kadar energi. Begitu energi menurun akibat lapar, sistem ini jadi kurang stabil. Hasilnya, kita lebih mudah melihat situasi secara negatif, lebih cepat tersinggung, bahkan bisa kehilangan kontrol diri.

Tidak heran kalau orang yang lapar cenderung bereaksi berlebihan pada hal-hal kecil yang sebenarnya bisa diabaikan. Selain itu, lapar juga memengaruhi pusat mood yang berhubungan dengan kesedihan, ketegangan, kemarahan, dan bahkan rasa rendah diri.

Efek ini membuat orang lebih sulit bersikap rasional ketika menghadapi masalah. Bayangkan sedang terjebak macet panjang saat perut kosong emosi bisa meledak lebih cepat dibandingkan kalau kondisi perut sudah terisi.

Yang menarik, kondisi emosional akibat lapar juga bisa memengaruhi pola makan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X