• Minggu, 21 Desember 2025

Rindu Keluarga dan Tak Kerasan, Lima Siswa Sekolah Rakyat di Kabupaten Ini Lari dari Sekolah

Photo Author
- Kamis, 24 Juli 2025 | 11:57 WIB
BUTUH ADAPTASI : Siswa-siswi SRMA 16 di Sentra Terpadu Kartini Temanggung saat mengikuti MPLS di dalam kelas bersama gurunya. (DEVI KHOFIFATUR RIZQI/ JAWA POS RADAR MAGELANG)
BUTUH ADAPTASI : Siswa-siswi SRMA 16 di Sentra Terpadu Kartini Temanggung saat mengikuti MPLS di dalam kelas bersama gurunya. (DEVI KHOFIFATUR RIZQI/ JAWA POS RADAR MAGELANG)

TEMANGGUNG - Lima siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 16 di Sentra Terpadu Kartini Temanggung dilaporkan pulang tanpa pamit ke pihak sekolah. Diduga, siswa tersebut homesick dan rindu dengan keluarganya.

Hal tersebut dibenarkan Kepala SRMA 16 Agus Adibil Muhtar saat ditemui pada Rabu (23/7) siang. "Iya memang benar. Sejak tanggal 18 Juli, ada siswa yang pulang tanpa pamit," ujarnya. Agus menerangkan, ada beberapa alasan yang membuat 5 siswa tersebut pulang tanpa pamit. Termasuk rindu dengan keluarga hingga belum kerasan dengan sekolah berbasis asrama.

Meski begitu, pihak sekolah terus berupaya menciptakan suasana yang humanis dan kondusif. Namun, masing-masing siswa dinilai punya waktu adaptasi yang berbeda-beda. Agus menyebut, terdapat dua siswa yang berkenan kembali ke SRMA 16. Lalu untuk tiga siswa lainnya masih diberikan kesempatan.

"Dari siswa yang pulang tanpa pamit ini, ada satu anak yang beralasan karena ingin menemani ibunya yang sedang hamil dan segera melahirkan. Karena ayahnya bekerja di luar kota," ujarnya.

Agus menekankan, jumlah siswa yang pulang ke rumah tersebut terbilang sangat kecil jika dibandingkan dengan total siswa SRMA 16 yang mencapai 125 anak. Menurutnya, sebagian besar siswa masih bertahan dan menunjukkan antusiasme tinggi terhadap kehidupan di sekolah.

"Kami memahami, transisi ke kehidupan asrama memang membutuhkan waktu. Karena itu, kami berupaya menciptakan suasana yang nyaman dan positif, baik dari sisi fasilitas maupun aktivitas,” ujarnya.

SRMA 16 telah menyediakan berbagai fasilitas pendukung untuk menunjang kenyamanan siswa. Termasuk asrama yang layak, makanan bergizi, serta kegiatan ekstrakurikuler seperti kesenian, karawitan, bela diri, tari, olahraga, dan musik.

Berbagai program tersebut dirancang tidak hanya untuk mendukung akademik, tetapi juga membangun karakter dan kemandirian siswa.

"Kami juga komunikasikan ke wali asuh siswa di asrama. Dan juga sudah kami klarifikasi ke pihak keluarga siswa yang bersangkutan, apakah ingin bertahan atau mengundurkan diri. Karena anak yang ingin sekolah di sini sangat banyak," tambah Agus. Kepala Sentra Terpadu Kartini Dewi Suhartini menambahkan, pihaknya tetap memberi ruang dialog kepada siswa dan orang tua sebelum mengambil keputusan akhir.

Namun, jika sampai tenggat waktu pada Jumat (25/7) besok, belum ada keputusan dari siswa yang bersangkutan, maka akan dilakukan penggantian. "Karena selama ini kami masih sering menerima telepon, banyak anak yang ingin sekolah di sini. Tapi saat ini kami masih menunggu keputusan dari orang tua dan anak. Kalau sampai Jumat ini tidak ada keputusan, nanti akan dibuka untuk calon-calon penggantinya (siswa),” tegas Dewi.

SRMA 16 merupakan bagian dari program pendidikan inklusif yang ditujukan bagi anak-anak dari keluarga pra-sejahtera. Itu dengan seleksi berdasarkan data Desil 1 dari Data Sosial Ekonomi Nasional (TKSN).

Program ini menekankan pendidikan karakter, kemandirian, serta pembekalan keterampilan vokasional yang relevan dengan konteks lokal. Siswa-siswi SRMA 16 mulai masuk sekolah sejak 14 Juli 2025. Itu dimulai dengan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) selama dua minggu. Selanjutnya, siswa akan mengikuti pembelajaran di kelas seperti pada umumnya. (dev/ton)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X