• Senin, 22 Desember 2025

MBG Wujud Kemerdekaan di Meja Makan Saat Negara Hadir lewat Makanan Bergizi

Photo Author
- Senin, 11 Agustus 2025 | 16:45 WIB
Foto: Kantor Komunikasi Kepresidenan
Foto: Kantor Komunikasi Kepresidenan

PROKAL.co, JAKARTA – Di tengah gegap gempita menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia, ada secercah harapan yang hadir di balik dapur-dapur sederhana, ruang kelas di pelosok, dan tawa anak-anak yang kini tak lagi belajar dalam keadaan lapar. Itulah semangat Program Makan Bergizi Gratis (MBG)—sebuah langkah nyata negara untuk memastikan bahwa kemerdekaan bukan cuma soal lepas dari penjajahan, tapi juga lepas dari kelaparan, gizi buruk, dan keterbelakangan.

“Lewat sepiring makan bergizi, negara hadir di ruang kelas, di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi, dan di hati masyarakat,” ujar Noudhy Valdryno, Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi, dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (8/8).

Dikenal akrab sebagai Ryno, ia menegaskan bahwa MBG bukanlah sekadar program bantuan pangan. Ini adalah investasi jangka panjang bangsa, untuk membangun fondasi generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Dengan lebih dari 8 juta penerima manfaat—mulai dari siswa PAUD hingga SMA/SMK, ibu hamil, menyusui, hingga balita—MBG menjelma jadi jembatan antara dapur rakyat dan mimpi besar bangsa.

Program MBG sudah mulai menunjukkan taringnya. Menurut Ikeu Tanziha, Dewan Pakar Badan Gizi Nasional (BGN), hasil pemantauan di lapangan membuktikan dampak positif dari program ini. 

“Di Kota Bogor dan Aceh, rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) anak-anak meningkat setelah 15 minggu pelaksanaan MBG. Status gizi mereka membaik,” ujar Ikeu.

Tak hanya diukur lewat angka, perubahan itu juga tampak dari semangat anak-anak di ruang kelas. Penelitian dari BRIN menunjukkan bahwa siswa yang sebelumnya belajar dalam kondisi perut kosong, kini lebih fokus dan aktif berpartisipasi. SMK Negeri 6 Medan mencatat peningkatan motivasi hadir dan konsentrasi belajar secara signifikan pasca pelaksanaan MBG.

Program ini juga berdampak langsung pada perputaran ekonomi lokal. Melalui dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di berbagai daerah, MBG membuka lapangan kerja dan memberdayakan UMKM serta BUMDes sebagai penyedia bahan baku. 

Suratina, nenek 63 tahun dari SPPG Seyegan 01, Sleman, adalah salah satu wajah di balik dapur-dapur ini. Baginya, program ini bukan hanya soal penghasilan, tapi juga soal kebanggaan.

“Saya senang bisa kerja lagi. Dulu saya bekali cucu saya ke sekolah, sekarang saya bantu bekal anak-anak lain. Rasanya seperti menebus rindu,” ujarnya, tersenyum sambil mengaduk panci besar berisi lauk bergizi.

MBG adalah simbol baru kemerdekaan—bukan pidato panjang atau parade militer, melainkan sepiring makanan yang menjangkau mereka yang dulu terpinggirkan. Negara, kali ini, benar-benar hadir dari pinggir ke pusat, dari perut ke masa depan. 

“Program ini telah diakui oleh dunia. School Meals Coalition menyebut MBG sebagai kebijakan strategis bagi negara seperti Indonesia,” tutup Ryno.

Di usia 80 tahun Republik Indonesia, semangat kemerdekaan menemukan makna baru: ketika setiap anak punya energi untuk bermimpi, belajar, dan tumbuh sehat. Dan itu semua dimulai dari satu hal sederhana—makan bergizi.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X