Ada cerita menarik dari Samarinda. Meski angka perceraian sepanjang 2024 menurun dibanding tahun sebelumnya, ancaman bagi rumah tangga tak serta-merta hilang. Di tengah kabar baik ini, “hantu digital” bernama judi online mulai sering disebut sebagai biang kerok perceraian.
BERDASARKAN data dari Pengadilan Agama (PA) Kelas 1 A Samarinda, tercatat 2.030 kasus perceraian sepanjang tahun lalu. Dari jumlah itu, mayoritas adalah gugatan cerai dari istri kepada suami, sebanyak 1.509 kasus. Sisanya, 521 kasus, merupakan cerai talak yang diajukan oleh suami.
“Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2023, yang mencapai 2.192 kasus. Penurunannya cukup signifikan. Dari 1.643 gugatan cerai gugat di 2023, sekarang tinggal 1.509. Untuk cerai talak, turun dari 549 menjadi 521,” jelas Muhammad Hasbi, Humas PA Kelas 1 A Samarinda, Jumat (17/1).
Baca Juga: Duel Berujung Maut di Harapan Baru, Ngaku Ditikam Lebih Dulu, Balas dengan Celurit
Namun, perjalanan menuju keputusan cerai tidak selalu mulus. Dari 1.509 gugatan cerai gugat, hanya 1.176 yang diputuskan hakim. Sisanya ada yang dicabut, ditolak, atau digugurkan di tengah jalan. Hal yang sama berlaku untuk cerai talak, di mana hanya 394 dari 521 kasus yang berhasil diputuskan.
Judi Online: Pemain Baru di Meja Hijau
Hasbi menyebut bahwa penyebab perceraian tetap didominasi persoalan klasik, seperti perselisihan yang tak berujung, masalah ekonomi, hingga salah satu pihak yang pergi tanpa kabar. Namun, belakangan judi online mulai sering disebut dalam kasus-kasus perceraian.
“Fenomena judi online cukup mengkhawatirkan. Suami yang kecanduan sering kali menghabiskan uang untuk top-up saldo permainan, membuat keuangan keluarga berantakan. Akibatnya, konflik rumah tangga tak terhindarkan,” ungkap Hasbi.
Ia menambahkan, membuktikan judi online di persidangan bukan perkara mudah. Hakim membutuhkan bukti nyata, seperti tangkapan layar aplikasi, riwayat transaksi top-up, atau kesaksian pihak ketiga.
“Banyak istri membawa bukti berupa foto atau video suami yang sibuk di depan ponsel sambil mentransfer uang. Bahkan ada yang membawa saksi, seperti tetangga yang sering melihat suami mampir ke gerai retail buat isi saldo,” ujar Hasbi sambil tersenyum tipis.
Namun, tidak jarang alasan judi online hanya dijadikan dalih untuk menutupi masalah yang lebih kompleks. “Kadang, akar masalahnya lebih dalam, tapi judi online jadi alasan yang paling gampang disebut,” katanya.
Harapan di Tengah Penurunan Angka Perceraian
Meski fenomena judi online menambah dinamika, penurunan angka perceraian di Samarinda tetap patut diapresiasi. Hasbi percaya, ini menjadi bukti bahwa masyarakat mulai mencari solusi lain sebelum memutuskan untuk bercerai.