• Senin, 22 Desember 2025

Hari Air Sedunia 2025, XR Bunga Terung Serukan Kembalikan Sungai Mahakam sebagai Anugerah Kehidupan yang Agung

Photo Author
- Sabtu, 22 Maret 2025 | 11:06 WIB
XR Bunga Terung serukan 4 poin dalam peringatan hari air sedunia.
XR Bunga Terung serukan 4 poin dalam peringatan hari air sedunia.


MEMATIKAN BUMI, MEMBUNUH AIR. “No Water On A Dead Planet”

Sungai sangat penting untuk kehidupan, maka sejak dahulu sungai kerap disebut sebagai Air Kehidupan atau Tirta Amerta. Kalimantan Timur mempunyai sungai abadi, sungai permanen yang airnya mengalir sepanjang tahun, Sungai Mahakam. Sungai ini telah menjadi urat nadi kehidupan sejak semula masyarakat Kalimantan Timur ada dan terus bertahan hingga sekarang.

Untuk masyarakat Kalimantan Timur pada umumnya, dan masyarakat Mahakam Ulu, Kutai Barat, Kutai Kartanegara dan Samarinda, Sungai Mahakam pantas disebut sebagai Maha Kama, anugerah kehidupan atau cinta yang agung atau besar.

Stop privatisasi sungai Mahakam, jadi salah poin pernyataan sikap XR Bunga Terung.

Sungai Mahakam bukan hanya menjadi sumber air bersih, melainkan juga menjadi alur transportasi, jalur ekonomi, pertemuan kebudayaan dan penopang kehidupan karena hasil tangkapan berbagai jenis ikan yang bertumbuh dan berkembang di lingkungannya.

Sungai Mahakam memang unik, karena mempunyai cadangan air yang sangat besar. Tertampung di danau-danau dataran banjir (danau kaskade) di bagian Mahakam Tengah. Lumbung air itu ada di tiga danau besar, Semayang, Melintang dan Jempang, dan puluhan danau-danau lain yang lebih kecil.

Kisah tentang Mahakam diawetkan dalam penghormatan terhadap Pesut Mahakam, mamalia air tawar yang kerap dianggap sebagai binatang mitologis. Mitologi lain tentang Mahakam adalah tuah airnya. Dipercaya barang siapa meminum air Mahakam, maka akan kembali ke Mahakam.

Ini menandakan air Mahakam adalah air yang memanggil. Mahakam memang memanggil, yang datang berbondong-bondong adalah pencari ‘harta karun’ Kalimantan Timur. Di tahun 1970-an Mahakam dibanjiri oleh kayu gelondongan, kayu hutan alami yang ditebang dari hutan hujan tropis yang ada di sekitar aliran Sungai Mahakam. Masa itu dikenal dengan nama Banjir Kap.

Ketika kejayaan kayu berlalu, Mahakam tidak juga sepi karena sampai kini Sungai Mahakam menjadi salah satu alur teramai lalu lalang ponton pengangkut batubara.

Sungai Mahakam berubah. Sungai dan Daerah Aliran Sungainya yang merupakan ruang hidup bagi 298 jenis burung dimana 5 diantaranya adalah burung endemik, menjadi habitat bagi 147 jenis ikan air tawar, dan rumah terakhir bagi Pesut Mahakam, mamalia air tawar yang terancam punah karena habitatnya makin tercemar dan rusak.

Mahakam yang merupakan ruang hidup bersama sejak jaman Kerajaan Hindu dan Kesultanan Islam ini, semakin hari semakin terprivatisasi untuk kepentingan ekstraksi, pengerukan sumberdaya alam Kalimantan Timur yang dibawa keluar dan kemudian hanya meninggalkan cemar untuk Sungai Mahakam.

DAS Mahakam kehilangan tutupan hutan hujan tropis abadinya, evergreen low land rainforest. Tutupan hutan yang dimusim hujan akan memberi asupan nutrisi untuk Sungai Mahakam dari hulu hingga ke hilir ini, kemudian karena bukaan lahan hanya membawa sedimen yang membuat air Mahakam menjadi buruk dan danau-danau tempat penyimpanan airnya menjadi mendangkal.

Tataguna lahan yang tidak berkesesuaian dengan air, lewat pemberian ijin penebangan hutan, penambangan batubara dan dilanjutkan dengan konversi lahan untuk perkebunan sawit, membuat bukaan lahan di DAS Mahakam menjadi semakin luas.

Air Mahakam terpolusi, Ranam Mahakam menjadi tak bertuah lagi karena terpolusi oleh limbah penebangan hutan, limbah batubara, limbah perkebunan sawit berupa pupuk dan pestisida, serta limbah domestik dari permukiman yang tumbuh dari hulu hingga ke hilir.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: prokal.co

Tags

Rekomendasi

Terkini

X