• Senin, 22 Desember 2025

Masalah Sampah di Samarinda Masih Mengkhawatirkan, Ini Langkah yang Dilakukan Wali Kota

Photo Author
Indra Zakaria
- Jumat, 11 April 2025 | 09:15 WIB
TINJAU LAPANGAN. Wali Kota Andi Harun tinjauan kondisi TPA Sambutan. (IST)
TINJAU LAPANGAN. Wali Kota Andi Harun tinjauan kondisi TPA Sambutan. (IST)

Samarinda tengah menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Rata-rata 604 ton sampah masuk setiap hari ke sistem persampahan kota, angka yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi.

Jika tak ditangani serius, situasi ini berpotensi menyeret kota ke jurang darurat lingkungan, seperti yang sudah terjadi di sejumlah daerah lain. Pemerintah Kota Samarinda pun mulai merancang pendekatan baru, dengan menekankan pentingnya pengelolaan modern dan berorientasi jangka panjang. Wali Kota Andi Harun menyebut bahwa pengelolaan sampah tidak bisa lagi ditangani dengan cara-cara lama yang hanya bersifat sementara.

"Kita tak bisa menunggu sampai tempat pembuangan akhir benar-benar tak sanggup menampung. Harus ada langkah sistematis sejak sekarang untuk mencegah krisis," ungkapnya dalam rapat koordinasi pengelolaan TPA Sambutan.

Baca Juga: Sabar..! Dua Bulan Lagi Pedagang Pasar Pagi Samarinda Bisa Pakai Gedung Baru

Orang nomor satu di Samarinda ini mengakui, setiap hari volume sampah terus naik, sehingga tidak hanya mengandalkan pola lama yang membuat TPA diambang over kapasitas.

Salah satu strategi utama yang tengah dipersiapkan adalah penerapan teknologi insinerator di tingkat kecamatan. Teknologi ini diyakini bisa menjadi solusi awal dalam memangkas jumlah sampah yang menumpuk di TPA.

"Insinerator ini sedang kita siapkan untuk uji coba akhir tahun. Kami ingin ada masa transisi agar petugas bisa dilatih dan masyarakat juga terbiasa," jelas Andi Harun.

Dengan kapasitas pengolahan hingga 30 ton per unit per hari, insinerator ditargetkan mampu mengelola sebagian sampah secara langsung di wilayah. Jika berhasil diterapkan di 10 kecamatan, beban TPA bisa berkurang signifikan sekitar 100 ton per hari diproses langsung di lokasi. Untuk satu unit insinerator sendiri dibanderol seharga Rp 1,9 miliar.

Selain itu, Pemkot juga memanfaatkan hasil pembakaran insinerator berupa abu untuk dijadikan bahan dasar paving block. Produk ini akan digunakan di lingkungan permukiman atau fasilitas umum seperti gang kecil.

“Kita mulai dulu dari jalan lingkungan. Paving block ini bisa jadi alternatif yang lebih ramah air, karena air bisa meresap ke tanah,” kata Andi Harun. Ia membuka peluang agar ke depan paving block ini juga bisa dijual jika produksi sudah stabil. Tak hanya itu, Pemkot turut menaruh perhatian pada pengolahan air lindi dari TPA. Air limbah yang keluar dari tumpukan sampah tersebut sedang diarahkan agar dapat memenuhi baku mutu nasional.

“Idealnya memang seperti di beberapa negara yang sudah lebih maju. Air dari proses pengolahan mereka bisa diminum. Mungkin kita belum ke sana sekarang, tapi paling tidak air yang kita hasilkan nanti tak lagi mencemari lingkungan,” pungkasnya. (hun/nha)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: sapos.co.id

Tags

Rekomendasi

Terkini

X