Oleh: Shanti Agustiani
Hampir larut malam, Amar belum juga mengantuk. Asyik saja dia lanjutkan chat dengan Angelica Syahputra, gadis bermata soft lens biru yang alisnya seperti barisan semut hitam melengkung seiring senyumnya yang seperti ombak kecil yang menggelitik jantung, lesung pipinya pusaran air yang membuat hati tersesat parah, rambutnya hitam panjang bergelombang.
“Tuh lihat tuh Angel cantik ‘kan,” pamernya kepada Sutinah, cleaning service di tempatnya bekerja selama sepuluh tahun.
“Cantik sih cantik tapi gak bisa dipegang, coba aku … seksi … semok … rajin, bisa dijawil juga,” ujar Sutinah melenggangkan pinggulnya di depan Amar yang acuh tak acuh sembari mengibaskan tangannya.
“Jauh-jauh sana ke laut, orang lagi asyik pacaran. Ganggu aja.”
Sutinah cekikikan dan membereskan peralatan pelnya ke gudang.
“Maaf ya tadi ada iklan lewat.”
“Nah…nah…siapa? Bang Amar jangan nakal ya.”
“Gak lah. Angel gak ada duanya buat Abang.”
“Angel…angel…urip kok digae angel ae mas.”
Dari gudang Sutinah masih berteriak mengusili Amar.
***
Demikianlah hari demi hari hubungan Amar dan Angel semakin erat meskipun terpisahkan jarak. Angel nun jauh di Balikpapan dan Amar di Pekanbaru, Riau.