• Senin, 22 Desember 2025

Tersesat di Negeri Penipu

Photo Author
- Rabu, 17 Agustus 2022 | 10:31 WIB

“Jadi gimana, Bang Amar? Kita tinggal urus akad nikah dan resepsi di Balikpapan ‘kan? Cepatlah Bang Amar ke sini, cepat juga transfer uang mahar dua puluh lima juta Abang.”

“Iya sebentar Abang transfer. Maaf ya cuma segitu Abang mampu.”

“Gapapa Abang, sebenarnya total satu miliar untuk biaya pernikahan kita. Tapi tenang aja, udah di-back up papi.”

“Iya, Dik Angel.”

Amar terngiang kembali suara papi Angel yang bariton dan berdialek asing. Kata Angel, papinya blasteran Australia, wajarlah anaknya secantik Angelica. Amar merasa sangat beruntung gadis secantik Angel mau menikah dengannya yang hanya bekerja sebagai OB sekaligus admin di Guest House Pekanbaru. Amar akhirnya merelakan uang yang ditabungnya selama bertahun-tahun untuk mengirimi Angel sekadar membantu persiapan biaya pernikahan mereka.

“Papi kan temannya elite, tamunya harus dijamu secara istimewa.” Begitu kilah Angel ketika Amar mengusulkan sebuah pesta pernikahan yang sederhana.

“Oh iya ya.”

“Iya lah. Lagian nanti kan Abang diberikan jabatan di perusahaan papi.”

Amar kembali mengiakan. Ia lantas pamitan cuti seminggu kepada bosnya untuk melamar Angel sekaligus menggelar pesta pernikahan di Balikpapan. Sedangkan untuk pindah kerja seperti yang dijanjikan papi Angel, Amar masih harus memastikan dulu segala sesuatunya menyangkut pengabdiaannya di Guest House yang mesti diselesaikan dengan baik-baik.

Di pesawat kelas ekonomi dia terus memikirkan Angel, membayangkan senyum nyata gadis itu yang pastinya lebih indah daripada melalui VC dan chat WhatsApp selama dua bulan ini.

Amar telah menyemprotkan parfum beraroma woody ke seluruh tubuhnya. Rambutnya yang kemerahan telah pula klimis, kumis dicukur tipis-tipis, ketika ia becermin di kaca jendela pesawat cukuplah sudah gagahnya untuk menguatkan percaya diri menemui keluarga besar Angel.

Dag dig dug serr… jantung Amar makin berdegup kencang ketika pesawat telah landing di Bandara Sepinggan. Angel pastilah sudah menunggunya di area penjemputan. Amar segera menyalakan handphone dan menelepon pujaan hatinya itu.

“Tuuuut…tuuut …”

Tidak ada jawaban. Tak lama terdengar suara operator yang mengatakan bahwa nomor telepon Angel sudah tidak aktif. Amar bingung, WA-nya pun tidak aktif, Amar mengecek Facebook dan Instagram, profil Angel menghilang. Amar berkeringat, kepalanya mendadak pusing. Sambil menunggu bagasi oleh-olehnya lewat, ia menelepon papi Angel. Sama, Papi Angel, Surya Syahputra, juga tidak bisa dihubungi, nomornya tidak aktif, bahkan foto profilnya di WhatsApp menghilang.

Setelah mengambil satu kotak oleh-oleh berisi empek-empek, Amar bergegas meminta taksi biru membawanya ke alamat yang pernah diberikan Angel, yakni perumahan elite Monach Park. Di sana ia bertemu satpam perumahan yang terus memandangnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Resensi Buku Buat Apa Rindu Kau Terjemahkan

Senin, 24 November 2025 | 14:32 WIB
X