Purwadi melanjutkan, hal yang memperburuk keadaan adalah pemerintah masih belum bisa meyakinkan dan menggaet investor asing untuk berinvestasi di IKN. Sejak tahun lalu, baru investor domestik yang menggelontorkan modalnya untuk membangun infrastruktur penunjang di IKN, seperti hotel, rumah sakit, restoran, hingga sekolah dan perguruan tinggi.
"Pikiran investor itu sederhana. Punya uang Rp 1 miliar, investasi di situ, tahun depan jadi Rp 1,5 miliar. Itu saja return-nya. Untuk dapat return itu, mereka harus berjualan kesehatan, pendidikan, air bersih, dan transportasi," katanya.
"Jika semua itu tidak siap, bagaimana mereka mau berjualan? Untuk berjualan juga harus ada manusia yang membeli. Ada kumpulan manusia, ada human action. Jika manusianya tidak cukup, siapa yang mau belanja? Makanya belum siapnya infrastruktur ini akan membuat masa tunggu investor untuk masuk ke IKN semakin panjang," tutup Purwadi. (kip)