Ketegangan hubungan biliteral Israel dengan negara-negara sekitarnya semakin meningkat. Diduga, ketegangan meningkat sejak Israel semakin gencar lakukan kekerasan kepada rakyat Gaza.
Akibat perlakuan yang dinilai tak berperi kemanusiaan itu, beberapa hubungan bilateral Israel dengan negara tetangga seperti Jordan mulai memburuk.
Dilansir dari MEMO (26/1), Politisi Yordania memperkirakan ketegangan antara Amman dan Israel akan meningkat setelah mereka mencapai jalan buntu, ujarnya pada Quds Press.
Penulis dan analis politik Yordania, Samir Al-Hiyari, mengatakan kepada situs berita tersebut bahwa pemerintah Israel menahan air dari sungai jordan, meskipun hal itu tidak dilakukan secara resmi, hal ini menunjukkan betapa dalamnya perselisihan antara pemerintahan Yordania dan pemerintahan Israel.
Samir menjelaskan juga bahwa, posisi kerajaan Yordania dalam perang di Gaza sudah sangat jelas dan tidak akan menyenangkan Israel, oleh karena itu dalam periode terakhir ini terjadi peningkatan retorika anti-Yordania di Israel.
Samir menunjukkan bahwa, meskipun pemerintah Yordania menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel, para pejabat dan masyarakat tetap bersatu dalam menolak agresi dan penjajahan mereka terhadap Gaza.
Penulis dan analis politik Helmy Al-Asmar menambahkan, “Apa yang dilakukan oleh penjajah [Israel] terhadap Yordania telah menegaskan posisi mereka yang berbicara tentang perlunya memutuskan hubungan dengan pendudukan Israel."
"Zionis adalah musuh yang rakus akan kepentingan tanah kami, dan berkomplot melawan kami siang dan malam," lanjutnya.
Helmy mencontohkan perjanjian damai Wadi Araba yang telah ditangguhkan, dan banyak ketentuannya yang belum dilaksanakan, menjelaskan bahwa klausul yang diterapkan hanya menguntungkan pemerintah Israel.
Helmy menambahkan, “Saat ini, penjajah [Israel] mengancam akan memutus aliran air dari sungai jordan, padahal air tersebut menurut perjanjian adalah air Yordania, dijual ke Yordania,”
Mantan Wakil Perdana Menteri Yordania, Marwan Muasher, baru-baru ini mengatakan bahwa kembalinya hubungan Yordania-Israel ke tingkat sebelum peristiwa 7 Oktober 2023 adalah mustahil.
Selama berminggu-minggu, kota-kota di Yordania telah menyaksikan demonstrasi besar-besaran yang mengecam pelanggaran, agresi, dan pembantaian oleh Israel di Jalur Gaza.
Pada demonstrasi tersebut, masyarakat menuntut Raja Abdullah II untuk memutuskan perjanjian perdamaian yang ditandatangani dengan Israel kecuali negara tersebut mengakhiri agresinya terhadap Gaza. (*)