Hal itu sebagai konsekuensi nyata atas tindakan negara tersebut. Komentar Macron disampaikan saat menteri luar negerinya, Jean-Noel Barrot, sedang dalam perjalanan empat hari ke Timur Tengah.
Perjalanan itu akan berakhir hari ini (7/10) di Israel. Prancis tengah berupaya memainkan peran dalam menghidupkan kembali upaya diplomatik untuk mencapai gencatan senjata.
Sementara itu, pernyataan Macron tersebut membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ngamuk. Dia menyebut hal itu sebagai aib yang memalukan.
’’Saat Israel memerangi kekuatan barbarisme yang dipimpin Iran, semua negara beradab harus berdiri teguh di sisi Israel. Namun, Presiden Macron dan para pemimpin Barat lainnya kini menyerukan embargo senjata terhadap Israel. Mereka harus malu,’’ ujar kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Menanggapi reaksi Netanyahu, kantor Macron menyebut reaksi Netanyahu berlebihan dan tidak memedulikan hubungan persahabatan antara Prancis dan Israel selama ini.
Pernyataan Macron dipandang sebagai pesan bagi Israel dan sekutu, khususnya Amerika Serikat, yang merupakan penyedia senjata terbesar bagi Israel.
Pada Mei lalu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak memiliki cukup bukti untuk memblokir pengiriman senjata ke Negara Yahudi itu.
Tetapi, menurut mereka, masuk akal untuk menilai bahwa Israel telah menggunakan senjata dengan cara yang tidak sesuai dengan standar hukum humaniter. (dee/c17/dio)