internasional

Gajah Mengamuk di Festival Rath Yatra India

Rabu, 2 Juli 2025 | 11:30 WIB
Gajah ngamuk di India. (Tangkapan layar)

Sebuah insiden mengejutkan yang terekam kamera terjadi dalam prosesi akbar Festival Rath Yatra di India. Seekor gajah jantan yang menjadi bagian dari barisan festival, tiba-tiba mengamuk dan menyebabkan kekacauan di tengah ribuan kerumunan yang memadati jalan-jalan kota. Insiden ini kembali menyoroti potensi bahaya dan etika penggunaan satwa liar dalam acara publik berskala besar.

Menurut laporan Daily Mail, gajah jantan tersebut adalah satu-satunya gajah jantan yang diikutsertakan dalam pawai. Festival Rath Yatra sendiri merupakan perayaan tahunan yang sangat penting dalam tradisi Hindu, di mana tiga dewa utama diarak dalam iring-iringan kereta hias, truk, dan gajah sejauh 14 kilometer melalui jalan-jalan kota yang ramai. Kehadiran gajah dalam festival ini telah lama menjadi daya tarik sekaligus simbol keagungan tradisi.

Kekacauan dan Bahaya Interaksi Manusia-Satwa Liar

Momen ketika gajah tersebut mengamuk sontak menciptakan kepanikan massal. Meskipun belum ada laporan spesifik mengenai korban jiwa atau luka serius akibat insiden ini, kekacauan yang ditimbulkannya cukup signifikan. Peristiwa ini dengan tegas mengingatkan publik akan potensi bahaya yang inheren dari interaksi manusia dan satwa liar, terutama dalam konteks keramaian yang sulit dikendalikan.

Data dari World Wildlife Fund (WWF) menunjukkan urgensi masalah ini di India. Tercatat, sekitar 100 hingga 300 orang di India tewas setiap tahunnya akibat konflik langsung dengan gajah. Angka ini mencerminkan tingginya risiko yang terlibat ketika manusia dan gajah berada dalam jarak dekat, baik di habitat alami maupun dalam acara buatan manusia.

Perdebatan Penggunaan Hewan dalam Festival: Tradisi versus Kesejahteraan Hewan

Meskipun penggunaan gajah dan hewan lainnya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan spiritualitas di banyak festival tradisional India, insiden seperti ini terus-menerus menuai sorotan tajam dari kelompok pecinta satwa dan konservasionis. Mereka berpendapat bahwa penggunaan hewan dalam festival, terutama dalam kondisi bising dan ramai yang bisa memicu stres, berpotensi melanggar kesejahteraan hewan dan menempatkan baik hewan maupun manusia dalam bahaya yang tidak perlu.

Para aktivis konservasi menyerukan agar ada evaluasi ulang terhadap praktik ini. Mereka mengusulkan alternatif yang lebih etis dan aman, yang tetap menghormati tradisi namun tidak mengorbankan keselamatan dan kesejahteraan hewan. Insiden di Festival Rath Yatra ini diharapkan menjadi katalisator bagi dialog yang lebih serius antara penyelenggara festival, otoritas setempat, dan kelompok konservasi untuk mencari solusi terbaik demi masa depan perayaan budaya yang aman dan bertanggung jawab. (*)

 

Terkini