Minggu lalu (5/7), sungai Danube di Hungaria menghadapi tingkat air yang sangat rendah, yang berdampak pada pengiriman di sektor pertanian dan juga ekosistem sekitar pada sungai terpanjang kedua di Eropa itu terhambat.
Sungai Danubemerupakan jalur transportasi penting di seluruh benua. Suhu di Budapest mencapai 35 derajat Celsius (95 derajat Fahrenheit) saat sebagian besar Eropa mengalami gelombang panas di awal musim panas, yang juga telah dikaitkan dengan kematian setidaknya delapan orang di kawasan tersebut.
Sungai Vistula juga mengalami penurunan terendah di Warsawa, sementara Sungai Rhine di Jerman pun sangat rendah. Menurut Attila Bencsik, wakil presiden Asosiasi Pengiriman Hongaria, pengurangan permukaan air membuat kapal kargo mengangkut lebih sedikit dari setengah muatannya dan hanya dapat beroperasi dengan kapasitas 30-40 persen.
Kondisi air yang dangkal menyebabkan operator kapal menambah biaya pada tarif pengiriman untuk menutupi kerugian karena kapal tidak dapat berlayar dengan muatan penuh, yang pada gilirannya meningkatkan pengeluaran bagi pemilik kargo. "Biaya pengiriman dapat meningkat hingga 100 persen ketika biaya tambahan diterapkan saat kapal tidak mampu berlayar membawa muatan penuh," ujar Bencsik.
Lembaga meteorologi Hongaria, HungaroMet, melaporkan bahwa jumlah hujan di bulan Juni hanya mencapai 17% dari rata-rata untuk bulan itu, menjadikan tahun ini sebagai bulan Juni paling kering sejak 1901 menyebabakan isu kekhawatiran akan kesehatan mulai diperbincangkan oleh dunia, dimana gelombang panas ini juga beresiko akan kebakaran hutan dan berdampak pada kesehatan manusia khususnya pada kelompok rentan yaitu lansia dan bayi.
Sejumlah Negara juga telah menghimbau dan mengeluarkan peringatan akan dampak gelombang panas terhadap masyarakat untuk melakukan penghematan terhadap air dan meningkatkan kesadaran akan resiko kesehatan terkait fenomena gelombang panas yang melanda beberapa perairan di eropa. (fitrinov)