• Senin, 22 Desember 2025

Warga Banyak Pilih Lewat Darat, Pelabuhan Kariangau Mulai Ditinggalkan

Photo Author
- Senin, 15 April 2024 | 21:00 WIB
Ferry menuju pelabuhan Kariangau.
Ferry menuju pelabuhan Kariangau.

BALIKPAPAN-Jumlah penumpang maupun kendaraan yang melintasi Pelabuhan Feri Kariangau, Balikpapan, terus mengalami penurunan. Pada musim Lebaran tahun ini, lalu lintas penumpang dan kendaraan menyusut 25 persen. Kondisi ini diduga karena semakin banyak masyarakat Balikpapan ataupun dari Penajam Paser Utara (PPU), yang memilih akses darat melalui jalur Petung menuju Sepaku atau akses Ibu Kota Nusantara (IKN) hingga tembus di Km 38 Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar).

Semenjak Kecamatan Sepaku ditetapkan sebagai lokasi ibu kota negara baru, kondisi jalur tersebut kian mantap. Berdasarkan data Satuan Pelayanan (Satpel) Pelabuhan Feri Kariangau, penurunan jumlah penumpang maupun kendaraan semakin terlihat pada H1 atau saat Idulfitri pada Rabu (10/4). Jumlah penumpang pejalan kaki pada tahun ini sebanyak 229 orang dan penumpang dalam kendaraan 1.657 orang, sehingga total penumpang 1.886 orang.

Baca Juga: Dinas Sosial Kutim Diminta Segera Atasi “Budaya” Meminta-minta di Jalan            

Sementara kendaraan roda dua 455 unit dan kendaraan roda empat hingga lebih, sebanyak 271 unit. Jumlah ini berbeda dengan momentum Lebaran 2023, di mana pada H1 ada 698 penumpang pejalan kaki dan penumpang dalam kendaraan 5.458 orang. Dengan jumlah penumpang 6.156 orang. Sementara kendaraan roda dua 1.210 unit dan kendaraan roda empat hingga lebih ada 654 unit. 

“Untuk H1, perbandingan tahun 2023 dan tahun 2024 jumlahnya menurun atau -69 persen untuk penumpang, lalu -62 persen untuk kendaraan roda dua, dan -59 persen untuk kendaraan roda empat atau lebih,” kata Koordinator Satpel (Korsatpel) Pelabuhan Feri Kariangau Carlos Makin kepada Kaltim Post, Minggu (14/4). Carlos menyebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas II Kaltim selaku unit pelaksana teknis (UPT) yang mengelola Pelabuhan Feri Kariangau tidak dapat berbuat banyak terhadap penurunan jumlah penumpang dan kendaraan ini.

Apalagi tahun ini diproyeksikan Jembatan Pulau Balang yang menghubungkan Balikpapan dengan PPU melalui Km 13, Karang Joang, Balikpapan Utara diproyeksikan segera beroperasi. Seiring dengan rampungnya dan difungsikan Tol IKN yang akan terintegrasi dengan Jembatan Pulau Balang. Hal ini pun, akan berdampak pada jumlah penumpang dan kendaraan di Pelabuhan Feri Kariangau maupun Pelabuhan Feri Penajam yang terus mengalami penurunan.

“Kalau dari sisi pemerintah, yang penting masyarakat bisa menyeberang dengan baik. Tapi kita harus memikirkan juga dari sisi perusahaan pelayaran. Dan Pemprov Kaltim selaku yang mengeluarkan izin trayek Kariangau-Penajam harus memikirkan juga jumlah kapalnya. Karena ditakutkan kondisinya sama seperti saat Jembatan Suramadu beroperasi,” ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, Jembatan Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Jembatan ini memiliki panjang 5.438 meter, dan merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Sebelum ada Jembatan Suramadu, masyarakat yang berdomisili di Madura maupun Jawa Timur menggunakan akses laut menggunakan kapal feri.

Di mana ada 12 kapal yang beroperasi untuk melayani mobilitas masyarakat. Sementara saat ini, sisa dua kapal feri yang beroperasi. “Jadi kalau Pemprov Kaltim tidak melakukan evaluasi jumlah kapal yang beroperasi, pasti akan ada trouble (masalah). Salah satunya persaingan muatan,” ucapnya. Mengenai operasional Jembatan Pulau Balang yang menjadi alternatif akses masyarakat Balikpapan yang hendak menuju PPU dan sebaliknya, Carlos menyebut, pemerintah harus menyusun regulasi mengenai kendaraan yang melintasi pada jembatan tersebut.

Seperti kendaraan dengan berat atau tonase yang dipersyaratkan menggunakan akses tersebut. “Berapa sih tonase kendaraan lewat di jembatan itu. Contohnya banyak angkutan barang atau truk yang bisa melewati Pelabuhan Feri, apakah dibatasi tonasenya atau enggak,” terangnya. Dia melanjutkan, apabila tidak ada pembatasan tonase kendaraan yang melintas di Jembatan Pulau Balang, jumlah kapal yang beroperasi di Pelabuhan Feri Kariangau sebaiknya dikurangi.

Menurut Carlos, efektifnya pada satu dermaga hanya beroperasi empat kapal. Dengan adanya dua dermaga yang beroperasi, berarti ada delapan kapal yang melayani penyeberangan setiap harinya. Saat ini Pelabuhan Feri Kariangau memiliki empat dermaga, di mana dua dermaga sebagai cadangan. Jadi, hanya dua dermaga yang beroperasi sesuai jadwal menyesuaikan dengan operasional dermaga di Pelabuhan Feri Penajam.

Pada masing-masing dermaga, ada enam kapal yang beroperasi selama 24 jam, sehingga ada 12 kapal yang difungsikan secara bergantian pada dua dermaga tersebut. Selain itu, ada empat kapal cadangan yang turut disiapkan. “Jadi kalau dikurangi, ada empat kapal di dermaga I dan empat kapal di dermaga II,” tutur dia. Pada H2 atau Kamis (11/4) lalu, Kaltim Post menggunakan Pelabuhan Feri Kariangau menuju PPU dengan kendaraan roda empat.

Tiba di Pelabuhan Feri Kariangau sekira pukul 14.30 Wita. Antrean kendaraan sebelum masuk kapal selama kurang lebih 45 menit. Sementara perjalanan sekira 1 jam hingga tiba di perairan PPU sekira pukul 15.30 Wita. Akan tetapi, ketika hendak sandar di dermaga, harus menunggu antrean kapal yang bongkar muat. Barulah pukul 18.00 Wita, kapal bisa bersandar di Pelabuhan Feri Penajam.

Ketika hendak pulang dari PPU sekira pukul 21.00 Wita, antrean kendaraan mengular dari depan pintu gerbang Pelabuhan Feri Penajam hingga depan Polsek Penajam. Awak Kaltim Post akhirnya memutuskan pulang ke Balikpapan melalui IKN melewati Petung menuju Sepaku hingga Km 38 Samboja. Dan akhirnya tiba di Balikpapan sekira pukul 01.00 Wita.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

X