Bank memerlukan data yang valid. Demi kejayaan bank tersebut. Sekalian dipersembahkan untuk negara.
Yang perlu dibedah adalah:
Mengapa kita sulit menggenjot ekspor. Komoditas apa saja yang punya potensi digenjot. Bagaimana cara menggenjotnya. Siapa yang harus melakukan. Peraturan apa saja yang menghambatnya. Insentif rasional apa saja yang masih mungkin diberikan.
Saya menyesal: jalan-jalan terus. Tidak banyak tahu lagi data-data di balik itu semua.
Demikian juga sebaiknya: impor.
Di bidang impor sesungguhnya lebih mudah. Mencari datanya tidak sulit. Sudah sangat jelas. Mengapa defisit kita begitu besar. Penyebab utamanya: karena kita terlalu banyak impor BBM.
Saya coba mencari data mengapa impor BBM kita begitu besar. Waktu mencari data itu hanya dua jam. Harus segera menulis naskah ini. Tidak bisa mendalam.
Yang saya dapatkan adalah: selisih angka yang sangat besar. Antara produksi minyak sendiri dan impor BBM.
Impor BBM-nya naik terus. Produksi minyaknya mandek. Atau turun.
Itu pun belum cukup untuk menganalisis. Yang bisa dipakai untuk mengambil langkah kebijakan.
Harus ada angka sangat mendalam. Misalnya, yang naik di pemakaian BBM itu jenis apa, di mana, naiknya berapa, kenapa.
Yang produksi tidak bisa naik itu mengapa? Apakah waktu empat tahun memang belum cukup. Atau sistem baru yang diperkenalkan pemerintah tidak bisa diterima investor. Yakni sistem gross-split itu. Yang tanpa cost recovery itu. Atau jangan-jangan sistem gross split sudah bisa diterima investor. Hanya investornya yang belum mau memulai.
Semua harus diteliti. Dibahas. Dianalisis. Dirumuskan usulan kebijakannya.
Ternyata terlalu banyak pekerjaan di balik angka BPS yang baru diumumkan itu. Waktu tidak cukup. Padahal kita tidak ingin terperosok di lubang yang sama.
Tapi siapa yang harus mengerjakan.