kalimantan-timur

Mengoptimalkan Ekspor Batu Bara Kaltim ke India

Jumat, 18 Januari 2019 | 06:48 WIB

Oleh: Wahyu Baskara Santoso dan Debby Amalia Soraya

(Asisten Analis KPw-Bank Indonesia Kaltim)

BATU bara saat ini masih menjadi komoditas terbesar dalam struktur ekspor Kaltim. Selama lima tahun terakhir, emas hitam menyumbang lebih dari 50 persen dari total ekspor Kaltim. Ini sangat wajar mengingat sektor pertambangan masih menjadi primadona bagi perekonomian Bumi Etam.

Berdasarkan negara tujuannya, ekspor batu bara Kaltim didominasi oleh Tiongkok dan India dengan pangsa masing-masing sebesar 25 persen dan 22 persen Sebelum 2014, ekspor batu bara Kaltim paling banyak ditujukan ke Tiongkok. Namun, sejak 2014 hingga saat ini India merupakan negara tujuan ekspor batu bara terbesar bagi Kaltim.

Berdasarkan Berita Resmi Statistik Perkembangan Ekspor Impor Kaltim November 2018 yang diterbitkan BPS, sekitar 74 persen ekspor Kaltim didominasi komoditas batu bara yang sebagian besar diekspor ke India. Seperti negara berkembang lainnya, India saat ini sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur, perbaikan fasilitas sarana dan prasarana, hingga perbaikan kualitas nutrisi konsumsi masyarakat.

Menyandang status sebagai negara berpenduduk terbanyak ketiga di dunia (setelah Tiongkok dan AS) dengan jumlah penduduk sebanyak 1,3 miliar jiwa, aktivitas perekonomian India di berbagai sektor terus mengalami peningkatan. Ekonomi India 2018 diperkirakan tumbuh sebesar 7,7 persen (year on year/yoy), atau tertinggi kelima di dunia.

Pesatnya pertumbuhan perekonomian India menuntut pemenuhan kebutuhan energi. Pada 2018, pertumbuhan kebutuhan energi India tercatat tumbuh sebesar 6,16 persen (yoy), meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 2,56 persen (yoy).

Berdasarkan BP Energy Outlook, kebutuhan listrik India masih didominasi pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan bakar utama batu bara (57 persen). Adapun pembangkit listrik dengan sumber daya terbarukan (renewable energy) hanya memiliki pangsa sebesar 2 persen. Lebih lanjut India menargetkan penurunan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap menjadi 50 persen dan peningkatan renewable energy menjadi 13 persen pada tahun 2040.

Oleh karena itu, lebih kurang 65 persen impor batu bara India ditujukan untuk kebutuhan pembangkit listrik dengan jenis kalori 4.200-4.000 kkal/kg (kalori rendah) atau sesuai dengan sebagian besar karakteristik batu bara Indonesia.

Berdasarkan data IHS Global, konsumsi batu bara 2018 India diperkirakan mencapai 900 juta ton atau mengalami pertumbuhan rata-rata (2011-2018) sebesar 4,5 persen (yoy). Di sisi lain, produksi batu bara domestik India 2018 diperkirakan sekitar 700 juta ton dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,7 persen (yoy).

Dengan demikian, India masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan batu bara domestiknya. Impor batu bara India 2018 diperkirakan sebesar 200 juta ton atau tumbuh rata-rata sebesar 7,8 persen (yoy).

Berdasarkan volumenya, impor batu bara India sebagian besar berasal dari Indonesia dengan pangsa 47 persen, disusul oleh Australia sebesar 22 persen dan Afrika Selatan 18 persen. Namun demikian, impor batu bara India dari Indonesia sebagian besar berjenis batu bara kalori rendah, sehingga secara nilai masih lebih rendah dibandingkan impor batu bara India dari Australia.

Walaupun demikian, India masih menyimpan cadangan batu bara yang tinggi sebesar 150 miliar metrik ton (MT). India merupakan negara dengan cadangan batu bara terbesar keempat setelah Tiongkok, Australia dan Rusia. Cadangan batu bara Indonesia sendiri hanya sebesar 37 miliar MT. Namun demikian, tingkat produksi batu bara India pada 2018 hanya mencapai 0,47 persen dari cadangan, lebih rendah dibandingkan Indonesia yang mencapai 1,31 persen.

Di sisi lain, pasar batu bara ke Tiongkok terus diselimuti risiko ketidakpastian. Selain sebagai konsumen batu bara terbesar dunia, Tiongkok juga merupakan produsen batu bara terbesar dunia dengan jumlah produksi mencapai 3,5 miliar ton pada 2017.

Beberapa tahun belakangan, Pemerintah Tiongkok terus menerbitkan regulasi-regulasi yang bertujuan meningkatkan daya saing batu bara domestik Tiongkok. Di sepanjang 2018, Pemerintah Tiongkok telah beberapa kali melakukan penerapan kebijakan restriksi impor di beberapa pelabuhan impor utama.

Halaman:

Tags

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB