Dari Iran, Al-Hakeem ke Malaysia. Lalu Thailand. Sebelum akhirnya ke Australia. Di Australia, Al-Hakeem dapat suaka politik. Ia pun bisa bermain bola lagi. Masuk klub Green Gully di dekat Melbourne. Lalu pindah-pindah klub. Terakhir di Pascoe Vale. Juga di Melbourne.
Sudah tenang di Australia. Mengapa ke Thailand segala? Yang membuatnya ditangkap? Al-Hakeem ternyata ingin bulan madu. Ia baru menikah. Saat ditangkap di Bandara Bangkok, Al-Hakeem lagi bersama istrinya itu. Langsung ditahan dan dimasukkan penjara. Atas permintaan Bahrain. Lewat Interpol.
Saudarinya di Bahrain sebenarnya sudah mengingatkan. Bahaya. Bisa ditangkap. Tapi Al-Hakeem, seperti ditulis The Guardian, sudah konsultasi ke imigrasi. Sebelum memutuskan berangkat berbulan madu.
Menurut Imigrasi Australia, Al Hakeem aman. Bisa ke mana saja. Asal tidak ke Bahrain. Australia menjamin. Dua kali Al-Hakeem melakukan konsultasi. Hasilnya sama. Ia pun berangkat.
Thailand belum mau menyerahkan Al Hakeem ke Bahrain. Tapi juga tidak mau mengirim balik ke Australia. Thailand masih menunggu dokumen dari Bahrain. Yang dipakai alasan untuk mengekstradisinya. Batas waktunya 60 hari. Sebentar lagi lewat.
Pengadilan Thailand akan menyidangkan permintaan Bahrain itu. Dikabulkan atau tidak. Seperti pengadilan Kanada akan menyidangkan Sabrina Meng. Bos Huawei yang ditahan di Vancouver. Atas permintaan Amerika Serikat. Dianggap melanggar sanksi dagang dengan Iran.
Bahrain memang sangat takut pada demokrasi. Mayoritas rakyatnya penganut Syiah. Elitenya yang Sunni. Juga rajanya. Kini sudah ada dua pemain bola yang seperti itu. Satunya adalah Hakan Sukur. Pemain nasional Turki yang mengungsi ke Amerika Serikat. Ikut Kiai Fethullah Gulen. Melawan Pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan.
Kebetulan ketua AFC saat ini adalah keluarga Kerajaan Bahrain: Sheikh Salman Al Khalifa. Itulah sebabnya dunia mengecamnya. Urusan bola dicampur dengan politik. Semua itu akan membuat semifinal Piala Asia nanti malam tambah seru. (rom/k15)