JAKARTA – Film ke-22 Marvel Cinematic Universe (MCU), Avengers: Endgame, sukses menarik perhatian dunia. Di balik film yang luar biasa tersebut, ada campur tangan orang Indonesia. Dia adalah Ronny Gani, senior animator di Industrial Light & Magic (ILM) Singapore. Jawa Pos berkesempatan ngobrol dengan Ronny lewat sambungan telepon pekan lalu.
Saat kali pertama tahu terlibat di Endgame, reaksimu seperti apa?
Excited pastinya. Baik sebagai animator, fans Marvel, maupun penonton. Saya ikut andil di berbagai film Marvel sejak 2012 (The Avengers (2012), Avengers: Age of Ultron (2015), Ant-Man (2015), dan Avengers: Infinity War (2018), Red). Tentu saya ingin tahu proses akhir dari semuanya di Endgame. Pokoknya, saya menikmati setiap proses yang saya lewati selama pembuatan Endgame.
Apa tugas utamamu sebagai animator di film ini?
Membuat sekuen atau karakter di film tampak lebih masuk akal atau believable. Tidak cuma bisa bergerak, tapi pergerakannya juga terlihat natural. Misalnya, ekspresi wajah dan gestur. Kebetulan, saya dapat tugas di dua hal tersebut.
Adegan mana saja yang merupakan hasil karyamu?
Pertama, adegan perbincangan Natasha Romanoff (Scarlett Johansson), Steve Rogers (Chris Evans), dan Bruce Banner dalam wujud Hulk (Mark Ruffalo) di meja makan. Saya mengerjakan animasi wajah Hulk. Lalu, saya juga mengerjakan adegan pertemuan War Machine (Don Cheadle) dengan Scott Lang (Paul Rudd). Saya yang mengerjakan pergerakan War Machine.
Ketika melihat konsep wajah Hulk yang berbeda (tidak sepenuhnya hijau dan masih mirip wajah Ruffalo), bagaimana kamu menerjemahkannya?
Terus terang saya kaget, ini benar-benar Hulk? (tertawa). Jadi, konsep wajah Hulk di sini adalah sinergi antara karakternya di film-film Marvel sebelumnya dan Ruffalo. Kami harus bisa mempertahankan ciri khas wajah Ruffalo agar tidak terlalu beda dengan aslinya.
Adakah persiapan khusus untuk mengerjakan animasi di bagian wajah Hulk?