kalimantan-timur

Panggilan Cinta

Senin, 22 Mei 2023 | 11:54 WIB

Karya: Dadang Ari Murtono

 

Menjelang pukul delapan malam, waktu menyakitinya. Sri Wiyani menekan keningnya dengan kedua telapak tangan. Lantas melepaskannya dengan kasar. Sehelai anak rambut tersangkut di sela jari telunjuk dan jari tengah lalu ikut tercabut. Namun, Sri Wiyani tak merasakannya. Kelopak matanya beranjak hangat. Tenggorokannya kering. Ia bangkit dari tempat duduknya seraya membuang napas besar.

Ia melangkahkan kaki panjang-panjang ke tepi ruangan, lalu balik ke tepi lainnya, dan begitu terus hingga empat kali, dengan sepasang matanya tak lepas dari pesawat telepon yang teronggok di atas meja bonggol jati, pas di sebelah tempat duduknya tadi. Kedua tangannya bertemu di perut, saling meremas hingga masing-masing terasa linu.

Sri Wiyani kemudian berhenti tepat di depan meja, lalu mengangkat gagang telepon. Ia menempelkan benda itu ke kuping kirinya. Dingin merambat ke daun telinganya. Jari telunjuk tangan kanannya menekan nomor telepon, namun buru-buru ia berhenti meneruskan aktivitasnya itu sebelum deretan nomor yang sudah ia hafal itu selesai tertekan. Ia kembali meletakkan gagang telepon pada posisi semula.

Lantas dengan sebal, ia membanting pantatnya ke tempat duduknya. Tempat duduk itu terbuat dari busa yang dilapisi kain beludru. Pada waktu-waktu sebelumnya, Sri Wiyani betah duduk di situ hingga berjam-jam, membaca buku atau sekadar melamun. Tempat duduk itu cukup besar hingga kadang hanya dengan sedikit menekuk kaki, ia bisa tiduran dengan nyaman di atasnya.

Namun kini tempat duduk itu terasa jauh dari nyaman. Sri Wiyani telah mencoba berbagai posisi duduk, mulai dari yang paling sopan hingga ke posisi-posisi yang paling aneh, dan tetap saja ia merasa tidak nyaman. Seakan-akan ada duri atau bara panas di tempat duduk tersebut.

“Sudah hampir pukul delapan,” keluh Sri Wiyani. Ia berharap dengan mengeluarkan kalimat itu, gundahnya akan berkurang, atau seseorang di seberang sana bakal mendengarnya dan teringat apa yang sebelumnya dijanjikan kepada Sri Wiyani dan buru-buru menepati janji tersebut. Sri Wiyani kembali menatap telepon di atas meja. Dan seperti sebelumnya, telepon itu tetap betah membisu.

“Jangan-jangan telepon ini rusak,” pikir Sri Wiyani. Namun, buru-buru pikiran itu ditepisnya sendiri. Kurang dari satu jam sebelumnya, telepon itu berdering. Dengan hati berbunga-bunga, Sri Wiyani mengangkatnya dengan tangan gemetar. Ia sengaja melembut-lembutkan suaranya ketika mengucap ‘hallo’. Namun beberapa detik kemudian, ia menutup telepon tersebut dengan sedikit bantingan. “Tidak ada,” katanya ketus menjawab orang di seberang telepon.

“Dasar pengganggu. Aku sedang menunggu telepon penting. Tidak boleh ada panggilan yang lain,” gerutunya.

Lagi pula, bapaknya memang sedang pergi ke rumah buliknya di dusun sebelah bersama ibunya. Jadi, bagaimana pun dia tidak berbohong ketika menjawab “tidak ada” untuk panggilan yang ia terima tadi. Satu-satunya kekurangannya dalam menangani panggilan itu adalah keketusan yang tidak bisa ia sembunyikan.

Kini sudah pukul delapan malam. Sri Wiyani melihat jam dinding besar dengan hiasan Kakbah di bawah potret presiden dan wakil presiden di tembok. “Apakah dia lupa?” pikiran-pikiran buruk mulai mengganggunya. “Dia berjanji meneleponku pukul tujuh tepat,” gumamnya lagi. Tangannya kembali saling remas. Wajahnya perlahan memucat. Kegelisahan yang mati-matian berusaha ia padamkan, kini malah menampakkan wujud dalam kepucatan mukanya itu.

“Ah, mungkin dia masih dalam perjalanan pulang kerja. Dia sibuk. Ya, dia pasti sedang dalam perjalanan dan sebentar lagi, begitu ia sampai rumah, ia akan segera meneleponku. Aku hanya harus sedikit bersabar,” gumamnya.

Ia berusaha meyakini kalimat yang ia ucapkan barusan, namun ia gagal melakukannya. Keraguan justru tumbuh kian besar. “Dia lupa. Dia lupa kepada janjinya kemarin. Tapi bagaimana dia lupa? Bukankah dia mencintaiku?”

Halaman:

Tags

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB