kalimantan-timur

Gempa di Mahulu Berpotensi Terulang

Rabu, 21 Juni 2023 | 18:00 WIB
ilustrasi gempa (BMKG)

UJOH BILANG-Gempa bumi bermagnitudo 4,6 mengguncang Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Selasa (20/6) siang. Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau strike slip. Akibatnya, getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Peristiwa langka itu membuat warga di Kecamatan Ujoh Bilang, Mahulu, syok.

“Getaran kecil terasanya, dan sebentar. Saya kira teman di samping getarkan kakinya,” kata Evi (34), salah seorang warga kepada Kaltim Post kemarin. Saat kejadian, Evi sedang bekerja di Kantor Bupati Mahulu. Mengetahui ada guncangan, Evi dan sejumlah pegawai di Setkab Mahulu berlarian ke luar kantor. Warga lainnya, Hagang (29) menuturkan, merasakan getaran aneh saat menidurkan anaknya dengan ayunan. Rumah kayunya berbunyi gemeretak terutama dari di bagian sudut-sudut pintu. “Aneh rasanya. Saya kira, suami saya pulang tapi kok rame dan keras bunyinya. Ternyata lihat medsos baru tahu itu gempa,” tuturnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mahulu Agus Darmawan membenarkan kejadian tersebut. Gempa yang terjadi sekitar jam 1 siang itu, hampir dirasakan di seluruh kecamatan di Mahulu. Meski hanya berlangsung beberapa detik, warga yang baru pertama kali merasakan gempa berlarian ke luar rumah dan bangunan. “Tidak ada korban maupun dampak yang berarti. Semoga tidak ada gempa susulan,” harapnya.

Hingga kemarin petang, sambung dia, pihaknya masih berkoordinasi untuk memastikan sejauh mana dampak gempa terhadap warga dan lingkungan sekitar. “Belum ada info (kerusakan dan korban jiwa) kami masih menghimpun data,” ucapnya. Dia pun mengimbau warga untuk tetap tenang namun waspada. Hingga tadi malam, dia menyebut ada informasi resmi terkait gempa susulan di Mahulu. “Tidak ada info lagi soal adanya susulan gempa, namun kita minta masyarakat tetap waspada. Karena ini kejadian pertama kali,” sebutnya.

Di tempat terpisah, Dekan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Muhammad Dahlan Balfas menjelaskan, bagi ahli geologi, gempa di Mahulu bukan hal mengagetkan. “Sekalipun Kalimantan secara umum dianggap sebagai kraton yang stabil, namun data geologi menunjukkan bahwa terdapat beberapa jalur sesar aktif yang memotong Kalimantan,” terangnya kepada Kaltim Post kemarin. Dia menjelaskan, kraton adalah bagian dari kerak benua yang stabil dan relatif tidak berubah secara geologis selama jutaan hingga miliaran tahun.

Kraton terdiri dari batuan tua yang terletak di inti benua dan umumnya memiliki ketebalan yang lebih besar daripada kerak benua di daerah lain. Dari analisis itu, sebut dia, jalur yang paling dikenal adalah patahan atau Sesar Palu-Koro yang berarah tenggara-barat laut, lalu memotong ke arah Tanjung Mangkalihat-Maratua dan menerus ke utara Pulau Kalimantan. Adapun jalur kedua, terang Dahlan, Sesar Adang-Paternoster yang cenderung berarah timur-barat, memotong dari Kalbar, lalu Penajam hingga ke Selat Makassar.

“Kejadian gempa di Mahulu tidak secara langsung berhubungan dengan kedua jalur tersebut di atas,” kata alumnus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu. Dia melanjutkan, struktur wilayah daratan Mahulu cenderung dipengaruhi pergerakan lempeng mikro-kontinen sampai Tinggian Kuching yang tersusun oleh batuan beku asam-intermediet. Tinggian Kuching merupakan sumber pengendapan ke arah barat laut dan tenggara cekungan Kalimantan selama Neogen.

Dari batuan penyusunnya, terang Dahlan, terlihat bahwa kondisi geologi Mahulu berbeda dengan cekungan Kutai pada umumnya. Keberadaan batuan beku dan batuan metamorf di Mahulu menunjukkan adanya aktivitas endogen yang kemudian menghasilkan aktivitas magma dan pergeseran atau sesar. “Namun, untuk menentukan secara akurat motor penggerak gempa Mahulu, perlu dilakukan melakukan penelitian yang lebih detail. Apa yang saya sampaikan hanyalah asumsi umum secara teoritis,” ungkapnya.

Dari sejarah kegempaan di Kalimantan, alumnus S2 ITB itu mengungkapkan, menunjukkan bahwa intensitas gempa yang pernah terjadi relatif kecil hingga sedang. Artinya, masyarakat tidak perlu menyikapi kejadian gempa secara berlebihan. Namun, perlu dipahami bahwa fenomena geologi bersifat sulit diprediksi dan kejadian gempa merupakan akumulasi dari gaya-gaya yang bekerja di bawah permukaan bumi.

“Untuk itu, tidak boleh juga kita kemudian meremehkan sehingga kemudian kita abai terhadap potensi bencana. Tetap penting ‘pendidikan kebencanaan’ diberikan kepada masyarakat. Sehingga, minimal jika terjadi gempa, mereka tahu apa yang harus dilakukan,” tutup Dahlan. (*/sya/luk/riz/k15)

 

 

Tags

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB