CATATAN
Romdani
Pemimpin Redaksi
PERSOALAN antrean bahan bakar minyak (BBM) di SPBU belum berhenti. Kini datang lagi masalah lain. Masalah yang sebenarnya juga belum ada obatnya. Sulitnya mencari elpiji 3 kilogram. Kalaupun ada, harganya biasanya mahal. Bahkan jauh melebihi harga eceran tertinggi (HET). Tiap kabupaten/kota di Kaltim punya besaran HET berbeda.
Di Balikpapan dan Kutai Kartanegara misalnya, HET gas melon sebesar Rp 19 ribu per tabung. Di Samarinda lebih murah sekitar Rp 18 ribu per tabung. Namun, Anda pasti akan sulit menemukan itu. Apalagi toko kelontong atau warung penjual sembako pasti akan menjual elpiji 3 kilogram di atas HET. Agen saja ada yang menjual di atas HET. Apalagi toko-toko itu.
Dari dunia maya, netizen banyak mengeluhkan. Bahkan dalam beberapa pemberitaan Kaltim Post, ada warga yang mengaku membeli gas melon seharga Rp 50–60 ribu. Harga yang sangat jauh dari HET. Kalau sudah begini, biasanya pemilik toko atau warung sulit ditindak. Pemerintah atau aparat berwenang seperti tak berkutik. Membiarkan hal yang dianggap biasa itu.
Dalam setahun, Indonesia mesti mengekspor elpiji 5-6 juta ton per tahun. Sementara keperluan elpiji di Indonesia mencapai 8-9 juta ton. Artinya sekitar 80-an persen elpiji yang dikonsumsi masyarakat ditopang oleh pasokan dari negara lain. Tidak semua gas yang dihasilkan dari perut bumi di Indonesia itu bisa diproduksi menjadi elpiji.
Banyak warga yang bergumam atau bahkan protes. Mengapa Kaltim sebagai daerah yang kaya akan minyak dan gas (migas), tapi warganya seperti kesulitan mendapatkan elpiji? Pertanyaan itu selalu muncul dari sebagian besar warga.
Padahal, sebagian besar gas yang dihasilkan dari Kaltim itu tidak bisa menjadi elpiji. Dengan kata lain, bahan baku elpiji berbeda dengan yang diproduksi di Kaltim. Mungkin ada yang bisa dijadikan elpiji tapi jumlahnya kecil.
Lalu, Kaltim sebagai pemroduksi gas, apakah warganya tak bisa mendapatkan gas murah? Jawabannya bisa. Tapi bukan elpiji, melainkan gas rumah tangga yang dialirkan lewat jaringan gas (jargas).
Memang belum semua kawasan bisa mendapatkan gas rumah tangga itu. Karena belum semua daerah memiliki jargas. Seperti Balikpapan, hingga saat ini baru sekitar 15.600 sambungan rumah tangga. Artinya baru 15.600 rumah yang bisa menikmati jaringan gas.
Sementara secara nasional, tahun lalu, pemerintah menargetkan jaringan gas rumah tangga sebanyak 1,2 juta sambungan. Namun, hingga akhir 2023, baru terealisasi 900 ribu sambungan.