Apakah perubahan ini juga berpengaruh pada omzet? Ia mengaku selama tiga minggu ini omzet-nya mengalami penurunan. Biasanya dalam sehari sebanyak 10 hingga 12 calon penumpang yang membeli tiket. Namun dengan kenaikan harga tiket ini, justru meleset di angka 3 hingga 4 calon penumpang. Itu pun calon penumpang yang mempunyai urusan penting dan mendadak di luar kota.
“Kalau total di 2018, dari Januari sampai Desember kita omzetnya sekitar Rp 78 juta. Perhari biasanya 10 sampai 12 penumpang yang deal beli tiket, selama ada kenaikan kadang hanya 3 sampai 4 penumpang, itu pun yang mendadak,” bebernya.
Namun dari informasi yang ia dengar, jika per 22 Januari penghapusan free bagasi itu diterapkan, harga tiket kembali normal.
“Kalau memang kebijakan itu masuk, khusus Lion Group, free bagasi penerbangan domestik dihapuskan, maka tiket akan kembali normal. Isunya seperti itu,” ungkapnya.
Sementara itu, Manajer Lion Air Tarakan Muhammad Arif mengungkapkan, saat ini pihaknya belum dapat memberikan keterangan terkait penyebab naiknya harga tiket semua maskapai penerbangan.
"Jadi kalau masalah harga tiket kami tidak bisa memberikan statement. Secara internal juga memang saya tidak tahu kenapa bisa terjadi kenaikan seperti ini karena memang bukan bagian kami," tuturnya.
Kendati begitu, pasca naiknya harga tiket tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas penerbangan. Karena menurut Arif, dengan naiknya harga tiket pada semua maskapai membuat para calon penumpang mulai dari pelaku bisnis dan masyarakat yang melakukan perjalanan dinas tidak memiliki pilihan lain.
"Secara langsung memang dampaknya ada, tapi kalau kita lihat masih cukup ramai. Artinya minat keberangkatan tidak terlalu berpengaruh signifikan untuk penerbangan. Sejauh ini kita berjalan seperti biasa saja. Karena memang animo masyarakat Tarakan dalam bepergian cukup besar, artinya dampak kenaikan harga tiket ini di Tarakan khususnya tidak berpengaruh besar," ujarnya.
Ditanya soal angka penumpang beberapa hari terakhir, Arif mengaku tidak mengetahui secara pasti. Namun jika dilihat tidak berkurang secara signifikan, maskapai Lion Group masih dalam skala ratusan penumpang.
"Kalau saya lihat, arus penumpang masih skala ratusan, artinya secara tidak langsung kenaikan harga tiket ini sedikit banyaknya berpengaruh. Selain itu musim liburan kan sudah selesai adapun orang bepergian ini paling pebisnis atau perjalanan dinas saja,” tutur Arif.
Meski begitu, ia menegaskan jika kenaikan tersebut masih dibatas normal. Karena menurutnya kenaikan tersebut tidak melewati harga ketentuan yang ditetapkan. "Kalau masalah kenaikannya memang saya bingung untuk menjawab. Yang pasti maskapai itu tidak tiketnya tidak melewati tarif bawa dan tarif atas artinya masih normal sesuai ketentuan," tuturnya.
Dikatakannya, dengan kondisi naiknya harga tiket saat ini rute penerbangan favorit masih pada jalur perjalanan Tarakan-Makassar dan Tarakan-Surabaya. Sementara naiknya harga tiket membuat jalur penerbangan Tarakan-Jakarta sedikit mengalami penurunan.
"Kalau saya lihat rute Tarakan-Jakarta yang sedikit berkurang, yang pasti yang harus masyarakat pahami bahwa kita tidak pernah melanggar ketentuan harga tiket dan itu saya kira masih kategori wajar," pungkasnya.
Terpisah, Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Ari Askhara, penurunan rute memang terjadi pada beberapa rute. Selain Jakarta-Surabaya, juga ada rute Jakarta-Jogja dan Jakarta-Denpasar. ”Akan dilanjutkan dengan rute penerbangan domestik lainnya,” katanya.
Dia menjanjikan beberapa rute juga akan turun kemarin malam. Contohnya saja penerbangan dari Jayapura dan Aceh. Namun menurut pengamatan media ini, hingga pukul 20.00 Wita, harga masih sama dengan sebelumnya. Sebut saja rute Aceh-Jakarta direct untuk masa terbang bulan ini antara Rp 1,4 juta hingga Rp 2,3 juta. Angka tersebut sama dengan hari sebelumnya.
Menurut Ari, kenaikan tersebut sebenarnya wajar. Selain itu tidak melebihi tarif batas atas. Kenaikan terjadi karena high season yang dihitung sampai hari ini. Kenaikan masih tidak melebihi tarif batas atas menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 tahun 2016 tentang
Tata Cara dan Formulasi Perhitungan Biaya Operasi Penerbangan Angkutan Udara Perintis.
Dia mengatakan bahwa penurunan harga berkisar 20 persen hingga 60 persen dari harga saat high season seperti saat angkutan Nataru kemarin. Maskapai boleh memilih kisaran berapa harga tiketnya diturunkan. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan maskapai dalam penurunan ini. Termasuk harga avtur dan biaya bandara. Selain itu ramai tidaknya rute tersebut.
Selain itu dia juga berjanji agar 10 persen hingga 30 persen kursi dikhususkan berbiaya lebih murah. Menurutnya jumlah tersebut dialokasikan untuk masyarakat yang daya belinya menengah ke bawah. ”Seluruh anggota INACA dan seluruh jajaran terkait pemangku kepentingan layanan penerbangan nasional telah melaksanakan pembahasan intensif terkait penurunan biaya pendukung,” katanya.
Ari menegaskan bahwa pekan depan akan melakukan pembicaraan dengan PT Angkasa Pura 1, PT Angkasa Pura II, AirNav, dan Pertamina. Hal tersebut menurutnya agar selaras antara biaya pendukung layanan bandar udara dan navigasi dengan mekanisme pasar dan daya beli masyarakat.
Lebih lanjut Ari juga mengatakan agar maskapai harus melakukan penghematan. Hal itu dikarenakan laba bersih yang diterima diprediksi akan semakin menipis. ”Laba bersih maskpai di dunia ini kecil. Sekitar 2 persen saja,” ungkapnya.