• Minggu, 21 Desember 2025

Kekeringan di Nunukan: Debit Air Sungai Surut, Masyarakat Harus Beli Air

Photo Author
- Jumat, 1 Maret 2024 | 08:56 WIB
ilustrasi karhutla
ilustrasi karhutla

BPBD Nunukan mencatatkan seluruh kecamatan di Nunukan merasakan kekeringan. Alhasil, masyarakat kini kesulitan memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Kasubdit Rehabilitasi dan Rekontruksi, BPBD Nunukan, Mulyadi menyampaikan musim kemarau tidak hanya terjadi di Pulau Nunukan dan Sebatik. Tetapi terjadi di sejumlah kecamatan di Nunukan."Kalau di Kabupaten Nunukan yang terdampak kekeringan hampir di seluruh kecamatan," ucap Mulyadi Selasa (27/2).

Baca Juga: Diduga Karena Bakar Sampah, Karhutla Nunukan Dekat Pemukiman Warga

Kondisi ini dibenarkan Camat Krayan Selatan Oktavianus Ramli. Ia mengungkapkan kemarau terjadi di wilayahnya sejak sepekan terakhir. Kondisi ini membuat masyarakat harus mengangkut air dari sungai besar yang ada di Krayan Selatan.

"Kekeringan juga kami rasakan di kecamatan selatan. Sudah sepekan dirasakan kemarau. Masyarakat harus mengambil air di sungai besar. Dan untuk urusan mandi dan mencuci dilakukan di sungai besar," kisahnya.

Senada yang disampaikan Camat Sembakung Atulai Arif Agus Darmawan menceritakan karena kemarau yang terjadi membuat debit air sungai Sembakung surut drastis. Bahkan, situasi ini baru terjadi dengan surutnya air sungai Sembakung.

Baca Juga: Pj Wali Kota Tarakan, Tunggu Keputusan Mendagri

"Kondisinya memang kemarau. Air sungai Sembakung sampai surut. Ini sudah terjadi beberapa bulan terakhir. Kalau kemarau itu mulai Oktober 2023 lalu. Namun, pada awal tahun hujan sering terjadi. Dan belakangan ini kembali kemarau," ungkapnya. 

Dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat harus membeli. Sebab, sumber air untuk masyarakat kini mengalami kekeringan. Sementara, untuk pertanian masyarakat tidak terdampak. Sebab, sebelumnya banjir kerap menimpa wilayah Sembakung.

"Kalau untuk pertanian tidak terdampak juga. Karena masyarakat tidak lagi bertani, sebab, sering terdampak banjir yang terjadi," pungkasnya. Kondisi kemarau bakal dirasakan masyarakat Pulau Nunukan dan Sebatik hingga Maret 2024 mendatang. Situasi ini berdasarkan pantauan Kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nunukan.

Kepala BMKG Nunukan William Sinaga menyampaikan untuk wilayah Nunukan terbagi di beberapa wilayah. Khusus Pulau Nunukan dan Sebatik saat ini masih berada di musim kekeringan. Sebab, curah hujan rendah sudah terjadi sejak Januari hingga Februari.

"Untuk Pulau Nunukan dan Sebatik situasi normal pada Januari dan Februari memasuki musim kekeringan. Situasinya, setiap tahun bisa maju dan mundur," ucap William Sinaga kepada Radar Tarakan, Senin (26/2).

Dijelaskan, kemarau yang terjadi di Pulau Nunukan dan Sebatik berdasarkan data 30 tahun terakhir, setiap awal tahun pada Januari hingga Maret mengalami kurang curah hujan atau kekeringan.

"Setiap dasarian dihitung 10 hari setiap bulan. Artinya, selama sebulan ada 3 dasarian. Di Februari hingga dasarian 2 pada 20 Februari 2024 curah hujan di bawah 50 mili meter. Artinya, Sebatik dan Nunukan memasuki musim kekeringan. Tetapi, wilayah lainnya terjadi hujan sepanjang tahun," jelasnya. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Indra Zakaria

Sumber: Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X